KEHANGATANMU
Terasa hangat dikala dirimu ada di sampingku
Menebarkan pesona yang ada ke dalam hatiku
Membuat aku tau akan artinya cinta
Didalam jiwa yang gembira
Dan di dalam cinta yang bergelombang
Hanya kamu d hatiku selamanya...
Senin, 30 September 2013
LUKA HATI Oleh Fauziia Nuer Afnhiie
LUKA HATI
Oleh Fauziia Nuer Afnhiie
Aku duduk terdiam di tengah kesunyian
menatap langit yang enggan berbicara
entah mengapa ia diam membisu seribu bahasa
apakah ia juga tau akan kesedihanku ?
Luka yang selama ini aku pendam
Sakit yang sangat mendalam
Sakit yang tak bisa terbendung lagi
Bagaikan pisau menggoreskan luka
Kau pergi bersama semua kenangan
jauh....jauh dan semakon jauh
meninggalkan aku sendiri
bersama luka dalam hati
Oleh Fauziia Nuer Afnhiie
Aku duduk terdiam di tengah kesunyian
menatap langit yang enggan berbicara
entah mengapa ia diam membisu seribu bahasa
apakah ia juga tau akan kesedihanku ?
Luka yang selama ini aku pendam
Sakit yang sangat mendalam
Sakit yang tak bisa terbendung lagi
Bagaikan pisau menggoreskan luka
Kau pergi bersama semua kenangan
jauh....jauh dan semakon jauh
meninggalkan aku sendiri
bersama luka dalam hati
BIDADARI TANPA SAYAP
BIDADARI TANPA SAYAP
Kelembutan hatinya membuatku terpana. . .
Melihat kehindahan Rembulan,
Sama seperti melihat keindahan wajahnya.
Sungguh kuat dia menghadapi ini semua. . .
Menghadapi keaadaannya yg begitu nyata.
Merasakan penderitaannya sendirian.
Dan mengukur penderitaan diatas mimpi . . .
Walau dia hanya Bidadari tanpa sayap,
Tapi kelembutan hatinyalah yang membuatku merasa seperti.....
Berada di atas awan.
Kelembutan hatinya membuatku terpana. . .
Melihat kehindahan Rembulan,
Sama seperti melihat keindahan wajahnya.
Sungguh kuat dia menghadapi ini semua. . .
Menghadapi keaadaannya yg begitu nyata.
Merasakan penderitaannya sendirian.
Dan mengukur penderitaan diatas mimpi . . .
Walau dia hanya Bidadari tanpa sayap,
Tapi kelembutan hatinyalah yang membuatku merasa seperti.....
Berada di atas awan.
Aku Menginginkanmu
Aku Menginginkanmu
semoga perih ini akan terobati
semoga galau ini cepat usai
karena kau sakiti aku
karena kau lupakan aku
andai saja masih denganku
dan..
andai saja dulu kau jujur
aku akan mengerti semua itu
tapi, apalah daya..
kini sudah terlanjur
sapa ku takkan terucap
rasa ku takkan terungkap
dan tanyaku takkan terjawab
masihkah ada bayangmu
masihkah ada kenanganmu
andai saja waktu berputar kembali
kan ku ucap..
aku masih menginginkanmu
dan kiriman kedua dari saudari Aisatun Amanah
semoga perih ini akan terobati
semoga galau ini cepat usai
karena kau sakiti aku
karena kau lupakan aku
andai saja masih denganku
dan..
andai saja dulu kau jujur
aku akan mengerti semua itu
tapi, apalah daya..
kini sudah terlanjur
sapa ku takkan terucap
rasa ku takkan terungkap
dan tanyaku takkan terjawab
masihkah ada bayangmu
masihkah ada kenanganmu
andai saja waktu berputar kembali
kan ku ucap..
aku masih menginginkanmu
dan kiriman kedua dari saudari Aisatun Amanah
Cinta yang Tak Pasti
Cinta yang Tak Pasti
mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti
mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti
Inginku Milikku Dirimu
Inginku Milikku Dirimu
Terlalu lama ku pendam
Semua rasa ini padamu
Kini ku sudah tak tahan
Ku ingin kau tau semua..
Aku lebih dulu mencintaimu
Aku lebih dulu mengenalmu
Bukannya dia..
Cinta itu harus diungkapkan
Cinta itu harus memiliki
Tak kan kulepaskan dirimu
Memang tinggi egoku
Namun.. ingin ku miliki dirimu..
Demi cinta yang t`lah lama ku pendam
Demi mengganti semua pengorbanan
Yang t'lah ku lakukan untukmu
Kau harus jadi milikku..
cinta itu ikhlas
Cinta Itu Ikhlas
cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi…
memberi banyak kehidupan..
membuat orang ingin tahu..
dan tiap orang pasti mengalami cinta..
cinta itu keikhlasan..
cinta itu kemauan..
cinta itu saling mengerti..
cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati..jadikan cinta itu indah dihatimu..
karena cinta bisa seindah yang kau mau
“Edi aku mencintaimu”
Dalam segala kurang dan lebihmu
Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu
I Lup U
cinta bagaikan air laut yang mengisi sebagian isi bumi…
memberi banyak kehidupan..
membuat orang ingin tahu..
dan tiap orang pasti mengalami cinta..
cinta itu keikhlasan..
cinta itu kemauan..
cinta itu saling mengerti..
cinta itu indah jika kita bisa menempatkannya pada tempat terbaik dalam hati..jadikan cinta itu indah dihatimu..
karena cinta bisa seindah yang kau mau
“Edi aku mencintaimu”
Dalam segala kurang dan lebihmu
Dalam pintaku pada-NYA terselip namamu yang selalu kurindu
I Lup U
Rabu, 18 September 2013
MIMPI YANG HILANG
MIMPI YANG HILANG
Dibawah hamparan gelap luas yang bertabur bintang
Aku menatap satu bintang yang paling terang
Aku menatapnya dengan penuh harapan
Seolah itu kau
Yang kini jauh seakan hilang..
Selama ini
Aku mencoba tuk selalu mengerti hatiku
Namun ternyata semua masih semu ku rasakan
Nama yang terukir dalam karang hatiku
Kini seakan terkikis
Oleh ombak yang menghantam..
Aku dan jenuhku, Bersamaan membisu
Terlalu jauh untuk maraih bintang yang sedang ku tatap
Aku dan senyumku
Mengikuti diam termenung
Namun tercipta sebuah mimpi
Yang hilang hanya dalam sekejap
Dibawah hamparan gelap luas yang bertabur bintang
Aku menatap satu bintang yang paling terang
Aku menatapnya dengan penuh harapan
Seolah itu kau
Yang kini jauh seakan hilang..
Selama ini
Aku mencoba tuk selalu mengerti hatiku
Namun ternyata semua masih semu ku rasakan
Nama yang terukir dalam karang hatiku
Kini seakan terkikis
Oleh ombak yang menghantam..
Aku dan jenuhku, Bersamaan membisu
Terlalu jauh untuk maraih bintang yang sedang ku tatap
Aku dan senyumku
Mengikuti diam termenung
Namun tercipta sebuah mimpi
Yang hilang hanya dalam sekejap
DITINGGAL KEKASIH Oleh Salma Octavia Wisesa
DITINGGAL KEKASIH
Oleh Salma Octavia Wisesa
Kini kuhanya bisa membayangkan,
membaca aksara yang kau rangkai penuh makna
tanpa sanggup ku menyapa
dan hanya bisa mengenangmu dalam duka
Kini kau telah pergi
tanpa kau peduli tentang perasaanku
kau pergi dengan keangkuhanmu
kau tinggalkan kenangan yang hayakan rapuh ditelan waktu,
dan sisa sisa usiaku
Haruskah air mata ini mengalir setiap waktu?
haruskah kuhentikan
detak jantung dan nadiku untuk merindukanmu?
dan haruskah nyawa ini terpisah dari ragaku karena cintamu?
mungkinkah ini semua telah menjadi suratan takdirku
Oleh Salma Octavia Wisesa
Kini kuhanya bisa membayangkan,
membaca aksara yang kau rangkai penuh makna
tanpa sanggup ku menyapa
dan hanya bisa mengenangmu dalam duka
Kini kau telah pergi
tanpa kau peduli tentang perasaanku
kau pergi dengan keangkuhanmu
kau tinggalkan kenangan yang hayakan rapuh ditelan waktu,
dan sisa sisa usiaku
Haruskah air mata ini mengalir setiap waktu?
haruskah kuhentikan
detak jantung dan nadiku untuk merindukanmu?
dan haruskah nyawa ini terpisah dari ragaku karena cintamu?
mungkinkah ini semua telah menjadi suratan takdirku
sistem pencernaan marmut
Sistem Pencernaan Marmut
Hewan Peliharaan marmut tergolong hewan herbivora (pemakan rumput) jelas memiliki perbedaan yang signifikan dengan sistem pencernaan hewan karnivora atau pun omnivora. Secara biologis hewan-hewan yang tergolong herbivora seperti kerbau, sapi, domba (kecuali marmut) digolongkan sebagai hewan ruminansia (memamahbiak).
Marmut memiliki sistem pencernaan yang lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan
hewan lainnya. Biasanya makanan hewan herbivora banyak yang mengandung selulosa yang bisa menyebabkan makanan tersebut sulit untuk dicerna oleh sistem pencernaan hewan lain, karena itu Sistem Pencernaan Marmut pun berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
Salah satunya yakni terdapat pada gigi hewan ruminansia yang memiliki geraham belakang atau molar yang mempunyai ukuran besar yang berfungsi untuk mengunyah rerumputan sebagai makanan utama yang sulit dicerna atau makanan lainnya.
Sistem Pencernaan Marmut
Marmut memiliki perbedaan dengan sistem pencernaan hewan lainnya yang ditandakan dengan terdapatnya 4 bagian modifikasi lambung, yaitu;
Marmut memiliki sistem pencernaan yang lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan
hewan lainnya. Biasanya makanan hewan herbivora banyak yang mengandung selulosa yang bisa menyebabkan makanan tersebut sulit untuk dicerna oleh sistem pencernaan hewan lain, karena itu Sistem Pencernaan Marmut pun berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
Salah satunya yakni terdapat pada gigi hewan ruminansia yang memiliki geraham belakang atau molar yang mempunyai ukuran besar yang berfungsi untuk mengunyah rerumputan sebagai makanan utama yang sulit dicerna atau makanan lainnya.
Sistem Pencernaan Marmut
Marmut memiliki perbedaan dengan sistem pencernaan hewan lainnya yang ditandakan dengan terdapatnya 4 bagian modifikasi lambung, yaitu;
- perut besar atau disebut rumen
- perut kitab atau sering disebut juga dengan omasum
- perut jala (karena mungkin bentuknya yang mirip dengan jala), atau disebut juga retikulum
- perut masam atau abomasum
keempat instrumen pencernaan pada marmut tersebut memiliki ukuran yang sangat bervariasi sesuai dengan jenis makann alamiah dan umurnya. Masing-masing instrumen tersebut memiliki kapasitas masing-masing, yakni; rumen 80%, abomasum 7-8%, omasum 7-8%, atau retikulum 5%.
Abomasum ini merupakan lambung yang sebenarnya pada sistem ruminansia hewan herbivora, dan pembagian kapasitas tersebut bisa dilihat secara kasat mata disaat marmut dengan otot spingter yang tengan berkontraksi.
Jumat, 13 September 2013
my new best friend's :*
13 September 2013. Ini awal persahabtan kami :)
.Syarifatul Wardah .Annisa Aluratu Aini .Siti Rayisa Alifamagga
Kamis, 12 September 2013
Relationship
Relationship
by:Azalia Deselta
Dalam pembahasan ini kita akan membahas tentang "hubungan". Hubungan ditanda kutip sekarang adalah "cinta". menurut kalian kalau 2 orang saling mencintai dan saling menyayangi itu apakah wajib pacaran? menurut aku sih tidak terlalu wajib, hm... mungkin si cewek atau si cowok punya alasan yang buat mereka tidak berpacaran. atau bisa disebut TTM, tau ttm kan? ya, Teman Tapi Mesra.
Dalam suatu hubungan itu juga diperlukan suatu komunikasi antara dua orang. karena menjaga hubungan itu juga,
Tadi kan udah bahas kalau antara 2 orang saling mencintai? nah kalau 1 orang yang mencintai dan 1 nya gk? apakah itu juga bisa dikatakan cinta? menurut aku sih gak ya? atau bisa disebut cinta sepihak atau cinta berteuk sebelah tangan.
by:Azalia Deselta
Dalam pembahasan ini kita akan membahas tentang "hubungan". Hubungan ditanda kutip sekarang adalah "cinta". menurut kalian kalau 2 orang saling mencintai dan saling menyayangi itu apakah wajib pacaran? menurut aku sih tidak terlalu wajib, hm... mungkin si cewek atau si cowok punya alasan yang buat mereka tidak berpacaran. atau bisa disebut TTM, tau ttm kan? ya, Teman Tapi Mesra.
Dalam suatu hubungan itu juga diperlukan suatu komunikasi antara dua orang. karena menjaga hubungan itu juga,
Tadi kan udah bahas kalau antara 2 orang saling mencintai? nah kalau 1 orang yang mencintai dan 1 nya gk? apakah itu juga bisa dikatakan cinta? menurut aku sih gak ya? atau bisa disebut cinta sepihak atau cinta berteuk sebelah tangan.
Rabu, 11 September 2013
planet merkurius
Planet Merkurius
Pengertian
Merkurius adalah planet terkecil dalam tata surya kita dan paling dekat dengan matahari. Jaraknya dari matahari adalah sekitar 57,9 juta kilometer. Suhu di planet ini sangat panas karena terdekat dengan matahari, pada siang hari suhunya mencapai sekitar 430°C. Tetapi pada malam hari suhunya menjadi sangat dingin yakni mencapai sekitar -170°C. Jarak planet ini dengan bumi sekitar 92 juta kilometer. Merkurius hanya bisa terlihat pada saat subuh atau maghrib saja dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Semua planet berputar pada porosnya nah perputaran itu disebut Rotasi. Merkurius berotasi lambat, rotasi merkurius adalah 59,0 hari. Selain berputar pada porosnya semua planet bergerak mengelilingi matahari ini disebut gerakan orbital/Ber-revolusi. Berbeda dengan rotasinya yang lambat, masa orbital Merkurius tergolong cepat Revolusi merkurius adalah 88,0 hari. Bandingkan dengan bumi yang membutuhkan waktu satu tahun (365,3 hari) cepat bukan?.
Merkurius adalah planet terkecil dalam tata surya kita dan paling dekat dengan matahari. Jaraknya dari matahari adalah sekitar 57,9 juta kilometer. Suhu di planet ini sangat panas karena terdekat dengan matahari, pada siang hari suhunya mencapai sekitar 430°C. Tetapi pada malam hari suhunya menjadi sangat dingin yakni mencapai sekitar -170°C. Jarak planet ini dengan bumi sekitar 92 juta kilometer. Merkurius hanya bisa terlihat pada saat subuh atau maghrib saja dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Semua planet berputar pada porosnya nah perputaran itu disebut Rotasi. Merkurius berotasi lambat, rotasi merkurius adalah 59,0 hari. Selain berputar pada porosnya semua planet bergerak mengelilingi matahari ini disebut gerakan orbital/Ber-revolusi. Berbeda dengan rotasinya yang lambat, masa orbital Merkurius tergolong cepat Revolusi merkurius adalah 88,0 hari. Bandingkan dengan bumi yang membutuhkan waktu satu tahun (365,3 hari) cepat bukan?.
Ukuran planet merkurius hanya 27% dari ukuran bumi. Permukaan Merkurius benjol-benjol mirip dengan permukaan bulan. Benjolan-benjolan itu muncul sebagai akibat benturan dengan meteor.
Merkurius punya banyak kawah dan tidak mempunyai satelit alam serta atmosfir. Merkurius mempunyai inti besi yang menciptakan sebuah medan magnet dengan kekuatan 0.1% dari kekuatan medan magnet bumi.
Pengamatan tercatat dari Merkurius paling awal dimulai dari jaman orang Sumeria pada milenium ke tiga sebelum masehi. Bangsa Romawi menamakan planet ini dengan nama salah satu dari dewa mereka, Merkurius (dikenal juga sebagai Hermes pada mitologi Yunani dan Nabu pada mitologi Babilonia). Lambang astronomis untuk merkurius adalah abstraksi dari kepala Merkurius sang dewa dengan topi bersayap diatas caduceus.
Orang Yunani pada jaman Hesiod menamai Merkurius Stilbon dan Hermaon karena sebelum abad ke lima sebelum masehi mereka mengira bahwa Merkurius itu adalah dua benda antariksa yang berbeda, yang satu hanya tampak pada saat matahari terbit dan yang satunya lagi hanya tampak pada saat matahari terbenam. Di budaya Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, Merkurius dinamakan "bintang air". Orang-orang Ibrani menamakannya Kokhav Hamah, "bintang dari yang panas" ("yang panas" maksudnya matahari).
Struktur Dalam
Dengan diameter sebesar 4.879 km di katulistiwa, Merkurius adalah planet terkecil dari empat planet kebumian di Tata Surya. Merkurius terdiri dari 70% logam dan 30% silikat serta mempunyai kepadatan sebesar 5,43 g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun apabila efek dari tekanan gravitasi tidak dihitung maka Merkurius lebih padat dari Bumi dengan kepadatan tak terkompres dari Merkurius 5,3 g/cm3 dan Bumi hanya 4,4 g/cm3.
Kepadatan Merkurius digunakan untuk menduga struktur dalamnya. Kepadatan Bumi yang tinggi tercipta karena tekanan gravitasi, terutamanya di bagian inti. Merkurius namun jauh lebih kecil dan bagian dalamnya tidak terdapat seperti bumi sehingga kepadatannya yang tinggi diduga karena planet tersebut mempunyai inti yang besar dan kaya akan besi. Para ahli bumi menaksir bahwa inti Merkurius menempati 42 % dari volumenya (inti Bumi hanya menempati 17% dari volume Bumi). Menurut riset terbaru, kemungkinan besar inti Merkurius adalah cair.
Mantel setebal 600 km menyelimuti inti Merkurius dan kerak dari Merkurius diduga setebal 100 sampai 200 km. Permukaan merkurius mempunyai banyak perbukitan yang kurus, beberapa mencapai ratusan kilometer panjangnya. Diduga perbukitan ini terbentuk karena inti dan mantel Merkurius mendingin dan menciut pada saat kerak sudah membatu.
Merkurius mengandung besi lebih banyak dari planet lainnya di tata surya dan beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskannya. Teori yang paling luas diterima adalah bahwa Merkuri pada awalnya mempunyai perbandingan logam-silikat mirip dengan meteor Kondrit umumnya dan mempunyai massa sekitar 2,25 kali massanya yang sekarang. Namun pada awal sejarah tata surya, merkurius tertabrak oleh sebuah planetesimal berukuran sekitar seperenam dari massanya. Benturan tersebut telah melepaskan sebagian besar dari kerak dan mantel asli Merkurius dan meninggalkan intinya. Proses yang sama juga telah diajukan untuk menjelaskan penciptaan dari Bulan.
Teori yang lain menyatakan bahwa Merkurius mungkin telah terbentuk dari nebula Matahari sebelum energi keluaran Matahari telah stabil. Merkurius pada awalnya mempunyai dua kali dari massanya yang sekarang, namun dengan mengambangnya protomatahari, suhu di sekitar merkuri dapat mencapai sekitar 2500 sampai 3500 Kelvin dan mungkin mencapai 10000 Kelvin. Sebagian besar permukaan Merkurius akan menguap pada temperatur seperti itu, membuat sebuah atmosfir "uap batu" yang mungkin tertiup oleh angin matahari
Teori ketiga mengajukan bahwa mengakibatkan tarikan pada partikel yang darinya Merkurius akan terbentuk sehingga partikel yang lebih ringan hilang dari materi pengimbuhan. Masing-masing dari teori ini memprediksikan susunan permukaan yang berbeda. Dua misi antariksa di masa datang, MESSENGER dan BepiColombo akan menguji teori-teori ini.
Bagian Luar
Merkurius merupakan planet yg tandus. Permukaanya berbatu-batu dan terdapat banyak kawah. Kaloris merupakan kawah terbesar di planet ini. Garis tengah Kaloris sekitar 1.300 Km.
Atmosfer merkurius terdiri dari uap natrium dan kalium yg sangat tipis, sehingga kadang-kadang planet ini di anggap tidak mempunyai atmosfer. Akibatnya tidak ada udara yg menyerap panas matahari.
Ciri-Ciri
NO | JENIS | HASIL |
1 | Nama Planet | Merkurius |
2 | Kala Rotasi | 59,0 Hari |
3 | Kala Revolusi | 88,0 Hari |
4 | Atmosfer | Uap Natrium, Kalium Yang Tipis |
5 | Satelit Alam | - |
6 | Jarak Di Matahari | 57,9 Juta km |
7 | Diameter Planet | 4,879 km |
8 | Warna Planet | Hitam Keputih-Putihan |
Cincin Planet
Tidak memiliki, karena planet ini terdapat di bagian planet dalam, yang memiliki cincin adalah planet bagian luar seperti (jupiter, saturnus, uranus, neptunus)
planet mars
Mars
Quote:
Jika dilihat dari Bumi dengan bantuan teleskop, permukaan Mars terlihat dipenuhi garis-garis yang simpang siur. Awalnya garis tersebut diperkirakan sebagai terusan yang digunakan oleh “penduduk” Mars untuk pengairan. Namun, setelah diselidiki ternyata garis tersebut hilang pada jarak 11.000 — 16.ooo km. Penyelidikan Mars yang dilakukan oleh AS menggunakan pesawat antariksa “Viking I”, berhasil mendarat di Mars pada tahun 1976 dan “Viking II” yang mendarat pada bulan September di tahun yang sama. Hasil penyelidikannya menyatakan permukaan Mars mirip padang tandus diselingi lumpur yang telah mengendap. Pada permukaan Mars juga terlihat gunung api Olimpus yang merupakan gunung api tertinggi di seluruh Tata Surya, dengan ketinggian sekitar 3 kali Mount Everest di Bumi. Planet Mars mempunyai dua satelit yaitu Phobos dan Deimos.
satu Kisah dibalik Kegagahanmu-ftp
Satu Kisah dibalik Kegagahanmu
by febyolatiara
Ini diluar dugaan, kalau hari ini aku mengetahui sebuah lembar kisah lama yang membuatku menahan nafas dan mencerna semua kata-kata yang kamu ucapkan dengan tenang dan lugas.
Duduk bersebelahan setelah menikmati makan malam ditengah suasana yang ramai dan panas, terbesit pertanyaan sederhana yang memang ingin aku tanyakan padamu setelah sekian lama kita dekat. Satu pertanyaan dapat memicu berbagai seluk-beluk lembaran lama yang terkuak.
Kata yang kamu ucapkan mampu meningkatkan rasa penasaranku atas kisahmu yang lalu, kisah yang sama sekali belum pernah aku jamak dan masih sangat awan bagiku, kisah yang kamu miliki dapat aku bilang kelam, karena kisah itu tak mungkin diperbuat oleh anak seusia kamu, saat itu. Dan aku berdecak kagum ketika membandingkan kamu yang dulu(menurut cerita mu) dan sosok yang berada di sebelah ku, seperti dua orang yang saling bertolak belakang.
Setiap cerita yang kamu sajikan memiliki alur menarik yang ingin aku ikuti setiap detail, hingga pada penghujung yang membuatku tersenyum kecil. Kamu bisa melalui kisah kelam itu dan membuka lembaran baru setelah melewati waktu yang tidak singkat, dan aku kagum akan dirimu yang telah berhasil memulai lembaran kosong yang nantinya akan kamu isi dengan kisah lain berpegang pada pengalaman yang telah kamu lalui, “lebih baik aku yang menjalaninya dan aku tau mana yang baik dan jelek, daripada aku tanya sama orang lain tapi aku ga tau kebenaran itu”, seperti yang kamu katakan.
Mungkin kamu akan berkata dalam hati, “Kepo banget sih jadi orang”. Jika kamu ingin tau kenapa aku bisa se-kepo ini, adalah aku ingin mengenal lebih jauh orang yang telah membuatku nyaman dan merasa aman bila berada didekatnya. Hanya itu. Jadi jangan tanya lagi kenapa aku bisa begitu ‘kepo’ terhadap dirimu :)
Sebuah Pengakuan :) - ftp
Sebuah Pengakuan :)
by febyolatiara
Penghujung dari rasa gelisah selama ini
Gelisah yang tak membuat tidur nyenyak; tak membuat nafsu makan; tak ada gairah hidup; hilang rasa untuk menatap dunia; hancur dan terjatuh
Satu alasan rasa yang membeleggu benak itu selalu menang atas diri ini adalah kamu.
Kamu. Orang yang baru aku kenal.
Kamu. Lelaki aneh yang aku rasa memiliki kepribadian ganda.
Kamu. Bukan orang spesial yang mampu membuat ku mati rasa terhadap adam lain.
Kamu. Pemilik nama yang selalu aku sebut dalam igauan; aku tulis dalam lamun; aku bawa dalam bunga tidur
Kamu. Kamu. Kamu.
8 bulan. Itu waktu yang lama aku menyimpan rasa gelisah selama ini. Sudah muak hati ini berteman dengan gelisah yang membuatku hanya memikirkan kamu.
Tak sadarkah kamu selama itu waktu yang aku habiskan hanya untuk memikirkanmu?
Tak sadarkah kamu selama ini ada insan kesepian yang selalu berharap kehadiranmu dalam kesunyian hidupnya?
Tapi semuanya hilang sejak aku menerima sebuah pesan itu.
Pesan singkat dari kamu yang selalu aku tunggu-tunggu.
Pengakuan itu membuatku lega; rasa gelisah perlahan meninggalkanku; semangatku bertambah seketika
Dan satu alasan aku seperti hidup kembali
Karena kamu. Kamu yang telah menang atas hati ini. Sejak awal. 8 bulan lalu.
Terimakasih atas pengakuan itu.
Ternyata bukan hanya aku yang merasakan gelisah selama 8 bulan ini :)
Kisah Messenger - ftp
Kisah Messenger
by febyolatiara
Aku pun tak sadar sejak kapan aku selalu menanti benda mungil ku berbunyi yang bernada masuknya sebuah pesan di blackberry messenger atau BBM. Aku pun juga tak sadar sejak kapan aku begitu bergantung dengan benda mungil tersebut, hampir setiap menit kuluangkan waktu untuk mengecek ‘adakah sebuah BBM atau tidak?’
Hanya satu hal yang aku sadar, sejak kamu mengisi BBM ku dengan candaan kecil yang terkesan tijel atau tidak jelas, hariku menjadi lebih berwarna dan hidup. Walaupun itu hanya berupa sapaan kecil yang terasa romantis dan hangat, walaupun itu candaan yang memojokkanku dan membuatmu tertawa senang, walaupun topik pembicaraan ini tak memiliki alur, tapi aku menikmati semua itu, sampai pada satu titik aku merasakan ada berbeda dari candaan itu.
Dari blackberry messenger aku mengenal kamu, semua percakapan itu pun berawal. Hampir setiap hari terjadi percapakan hangat, aku mengenalmu sebagai sosok yang mudah akrab dengan siapa saja, kamu suka bercanda dengan caramu sendiri. Aku suka dengan semua percakapan kita, jika ada waktu luang, ku coba membaca ulang semua percakapan itu, alhasil aku tersenyum sendiri.
Hanya dari kata-kata di BBM dapat mengubah semua. Ada yang berbeda dari diriku jika tidak ada satu BBM pun dari kamu. Aku seperti kehilangan arah. Aku mencoba untuk menghubungimu duluan, karena biasanya kamu yang memulai percakapan ini.
Satu hal yang mengurungkan niatku, dan aku tahu seharusnya aku tidak menjadi seperti ini. Display Picture itu telah menjawab semuanya. DP kamu dengan seorang wanita. Kalian begitu dekat dan terlihat akrab. Bahkan difoto itu kepala kalian saling bersentuhan, dan itu membuat sakit yang mendalam di hatiku. Aku tahu seharusnya aku tidak seperti ini. Bukankah aku hanya teman di blackberry messenger saja? Tidak ada alasan ku untuk merasakan sakit seperti ini karena kamu telah menemukan seseorang yang nyata. Bukankah aku hanya gadis maya yang tidak kamu ketahui wujud aslinya? Seharusnya aku sadar, aku hanya si maya yang tak dapat menuntut apapun dalam nyata. Tidak untuk kali ini.
Sekarang aku mengerti. Tak seharusnya aku menaruh hati pada lelaki maya yang aku sendiri pun tak mengenalnya seperti aku mengenal lelaki nyata. Tak seharusnya aku terlena dengan semua percakapan tijakjelas yang membuat candu. Tak seharusnya aku menjadikanmu satu-satunya penyebabku untuk selalu memegang benda mungil tersebut. Tak seharusnya aku menaruh hati padamu, wahai lelaki penghuni messengerku.
Dari Sisi Kananmu-ftp
Dari Sisi Kananmu
by febyolatiara
Setiap hari kita berada di gedung yang sama, sama-sama nenuntun ilmu di gedung bundar. Kita tak pernah berbicara. Tak pernah berkomunikasi. Kita saling kenal tapi seperti tak saling kenal. Kita jarang bertemu. Kita tak pernah saling menyapa. Bagaimanapun aku tau dan sadar diri. Kamu si dewa yang memiliki otak encer, sedangkan aku gadis tak jelas yang mengharapkan seorang dewa.
Dari meja meja bundar ini, aku duduk berbincang dengan temanku sambil mencuri pandang kearahmu, memandangi kamu yang sedang berdiskusi dengan teman-temanmu di meja bundar seberang sana. Di teras gedung bundar ini mataku sama sekali tak bisa berpaling darimu, tak sedetikpun kulewatkan kesempatan untuk memandangmu, karena ini kesempatan yang langkah.
Dari sisi kananmu, aku melihat cara kamu menatap.
Dari sisi kananmu, aku melihat cara kamu menarik kedua sudut bibir untuk tersenyum.
Dari sisi kananmu, aku melihat cara kamu berbicara.
Dari sisi kananmu, aku melihat cara kamu membenarkan tempat duduk.
Dari sisi kananmu, aku melihat cara kamu merapikan rambut.
Dari sisi kananmu, aku melihat cara kamu menulis sesuatu
Dari sisi kananmu aku dapat melihat semua hal yang tak pernahku lihat sebelumnya. Dan aku berandai, andai suatu hari aku dapat melihat gerak-gerikmu bukan dari sisi kananmu, melaikan dari hadapanmu :)
Hello wold - Febyola Tiara Putri
Hello, World!!
Layaknya sebuah kisah. Ada awal dan ada akhir. Kisah yang tak pernah usai sampai batasnya nanti. Kisah yang berisi coretan, guratan, suka, duka, dan harapan.
Dan disinilah, kisah itu akan tercurah,
Kisah singkat dari gadis Bumi Rafflesia :)
Secret Admirer by febyolatiara
Secret Admirer
by febyolatiara
Seperti sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging. Jiwa pecundang ini selalu muncul ketika bertemu dengannya. Ia orang yang diam-diam aku kagumi. Ia orang yang selalu ribut dan sering mengeluh. Ia pecinta olahraga. Ia membenci keadaan dimana ia harus berada diantara rak buku-buku yang bertumpuk. Ia yang terkadang bisa terlihat dewasa dan terlihat seperti anak kecil diwaktu yang berbeda.
Dalam sunyi aku menatap setiap tingkahnya. Kejahilannya, keisengannya, prilakunya, caranya memandang, caranya berjalan, caranya berbicara, caranya tersenyum, caranya memperlakukan orang.
Dalam gelap aku mengamati apa yang ia lakukan. Setiap malam stalking media social yang ia miliki, mencari tahu keadaannya, mencari tahu keinginannya, mencari tahu kebiasaannya, mencari tahu apa yang sedang ia rasakan.
Dalam keheningan aku menundukan kepala ketika ia lewat dihadapanku, ketika tak sengaja berpapasan, ketika ia tak sengaja mengarahkan pandangannya kepadaku, ketika.. ia tersenyum padaku, moment yang paling bersejarah.
Dan dalam diam aku menyimpan rasa yang mendalam padanya.
Andai aku tak sepengecut ini.
Andai aku tak sekonyol ini.
Andai aku tak semunafik ini.
Andai aku bisa berada disisimu, tidak dalam kesunyian, kegelapan dan keheningan.
Alone - Febyola Tiara Putri
Alone
by febyolatiara
Kembali, aku kembali merasakan sebuah rasa kehilangan. Aku tidak menyalahkanmu atas semua ini, ini murni salahku. Rasa gengsiku terlalu besar memintamu untuk diam sejenak agar tak tercipta jarak antara kita. Walaupun nantinya aku tahu akan menjadi seperti ini, tapi aku hanya bisa diam dan merasakan kehilangan yang mendalam ketika jarak yang tercipta, tanpaku sadari, sudah terlalu jauh. Semuanya telah terlambat untukku memintamu diam disana, agar aku dapat mengejarmu dan pada akhirnya kita dapat beriringan seperti dulu. Aku merindukan saat dimana kita berjalan beriringan, kamu menggenggam tanganku seakan tak ingin ada jarak antara kita, kamu memberi kehangatan yang membuatku ingin selalu berada disebelahmu, kamu bisa membuatku nyaman dengan segala kondisimu.
Sekarang tak sama seperti dulu, aku sadar itu, jalan kita sudah berjarak. Masih maukah kamu melihat kebelakang? Melihatku yang sudah tertinggal jauh dibelakangmu, aku sendirian sayang, aku takut dengan kesendirian ini. Kehilanganmu sama saja seperti kehilangan arah. Aku tak tau kemana lagi kaki ini melangkah, selama ini kamulah petunjukku, kamu dengan sabar mengiringiku.
Masa yang telah berlalu begitu nyata, seolah kita akan selalu berjalan beriringan, tak ada yang duluan dan tak ada yang tertinggal. Sekali lagi aku katakan, aku tak menyalahkanmu atas jarak ini, yang aku sesali adalah ketidakperdulianku, ketidakingintahuanku, ketidakpengertianku atas kamu. Lelah, mungkin itu yang kamu rasakan selama mengiringiku, dan akhirnya secara perlahan kamu melepas genggaman itu dan meninggalkanku disini. Jika kamu melihat kebelakang untuk kembali, kamu tak perlu mencariku kemana-mana karena aku masih tetap dijalan dimana terakhir kali kamu menggenggam tanganku dengan semua kehangatan, aku masih menunggumu dalam kesendirian. Cepatlah kembali, karena aku tak tahan dengan kesendirian ini.
Persimpangan
Persimpangan
by:Azalia Deselta
Ini merupakan hasil flashback aku dan baru sempat ditulis sekarang.
Aku tak tahu harus kemana membawa hubungan ini? hubungan LDR. ada yang tau LDR? yap, Long Distance Relationship. Kalo bahasa Indonesia nya pacaran jarak jauh. aku pernah menjalani hubungan itu dan Alhamdulillah sudah putus sekarang :D. Pacaran cuma lewat media social dan selalu ditemanin oleh handphone. Keadaan yang cukup berat bagi diri gue sendiri. Yakk ini lah pembahasan sesuai judunya, persimpangan. kamu kemana dan aku kemana, aku ingin putus dan kamu gak mau putus.
by:Azalia Deselta
Ini merupakan hasil flashback aku dan baru sempat ditulis sekarang.
Aku tak tahu harus kemana membawa hubungan ini? hubungan LDR. ada yang tau LDR? yap, Long Distance Relationship. Kalo bahasa Indonesia nya pacaran jarak jauh. aku pernah menjalani hubungan itu dan Alhamdulillah sudah putus sekarang :D. Pacaran cuma lewat media social dan selalu ditemanin oleh handphone. Keadaan yang cukup berat bagi diri gue sendiri. Yakk ini lah pembahasan sesuai judunya, persimpangan. kamu kemana dan aku kemana, aku ingin putus dan kamu gak mau putus.
Why?
WHY?
by:Azalia Deselta
why? kenapa?
yap, pertanyaan itu yang sesuai dengan keadaan aku saat ini.
kenapa? kenapa? kenapa kamu yang selalu ada di benakku?
kenapa? kenapa? kenapa kamu yang selalu ada di fikiranku?
kenapa? kenapa? kenapa kamu yang selalu ada di bayang-bayangku?
Sosok pria yang selalu aku fikirkan, sosok pria yang selalu ingin aku miliki(jadi pacar mungkin?)
by:Azalia Deselta
why? kenapa?
yap, pertanyaan itu yang sesuai dengan keadaan aku saat ini.
kenapa? kenapa? kenapa kamu yang selalu ada di benakku?
kenapa? kenapa? kenapa kamu yang selalu ada di fikiranku?
kenapa? kenapa? kenapa kamu yang selalu ada di bayang-bayangku?
Sosok pria yang selalu aku fikirkan, sosok pria yang selalu ingin aku miliki(jadi pacar mungkin?)
Terjebak Rindu by febyolatiara
Terjebak Rindu
by febyolatiara
Kamu datang dalam kelamku disaat aku membutuhkan cahaya. Kamu sosok yang tak kuundang datang ke duniaku, menyusup masuk, dan membawa perubahan yang berarti. Kamu memberi angin segar dalam duniaku. Kamu sosok yang membuat cahaya perlahan datang dan kelam pun perlahan hilang. Kamu dapat mendamaikanku dalam kegelisahan. Kamu sosok yang kuinginkan kini.
Kedekatan kita bukan dalam hitungan hari. Bulan pertama.. bulan kedua.. bulan ketiga.. bulan keempat.. bulan kelima.. bulan keenam… Kita pergi bersama, belajar bersama, pulang pun bersama. Kedekatan ini sudah melekat dihati. Tapi kenapa aku merasakan sesuatu yang hampa ketika kamu menatap mataku akhir-akhir ini, ketika kamu tersenyum padaku, ketika kamu memanggil namaku, tak seperti dulu.
Kehampaan itupun berlanjut. Perbedaan yang kamu tunjukan sejak bulan kelima sudah mulai terasa sekarang. Perlahan jarak muncul diantara kamu dan aku. Kamu meninggalkanku disaat kelam telah pudar, disaat aku mulai bisa menarik bibir untuk tersenyum, disaat kegelisahan telah hilang, dan.. disaat aku tergantung dengan adanya kamu disisiku. Kini, kehampaan menemaniku, kegelisaan kembali mencekamku. Aku ingin keluar dari lingkaran rindu yang mencekam, aku tidak ingin ada rasa bergantung padamu karena aku tahu, takdir telah tertulis, kamu bukan untukku, kamu hanya seorang peran pembantu dalam film kehidupanku yang membuatku kembali bangkit, tapi kenapa hati ini sangat menginginkanmu menjadi peran utama yang selalu berada disisiku, kenapa hati ini selalu memanggil namamu. Aku ingin kembali dimasa kamu mengembalikan cahaya itu, aku merindukannya. Kini, disini, aku terjebak rindu. Kapan kamu pulang?
cinta
Mungkin pengertian blog bagi gue adalah sebuah diary yang berupa elektronik. dan disini gue mau curhat kepada anda-anda semua :D
Dan dari sini gue bakalan memulai ceritanya.
hmm..menurut kalian cinta itu apa sih?
kalo menurut gue, suatu perasaan yang lebih kepada orang lain. lebih dalam artian perhatiannya, pedulinya, dan lain-lain. Tapi apakah perasaan yang gue alami ini adalah cinta? perasaan yang seharusnya gak pernah ada. hmm..gue rela mutusin mantan gue yang udah 11 bulan lebih mempertahaninnya demi DIA, biar bisa lebih dekat dengan dia dengan status mblo gue-_-''.
sebelum gue mutusin mantan gue, dia emang pernah bilang sih kalo dia juga suka dengan gue.dan itu gak boleh. emang kedengarannya aneh, yaa itulah gue, seorang gadis 15 tahun yang punya sifat aneh dan unik :D
hihi
Dan dari sini gue bakalan memulai ceritanya.
hmm..menurut kalian cinta itu apa sih?
kalo menurut gue, suatu perasaan yang lebih kepada orang lain. lebih dalam artian perhatiannya, pedulinya, dan lain-lain. Tapi apakah perasaan yang gue alami ini adalah cinta? perasaan yang seharusnya gak pernah ada. hmm..gue rela mutusin mantan gue yang udah 11 bulan lebih mempertahaninnya demi DIA, biar bisa lebih dekat dengan dia dengan status mblo gue-_-''.
sebelum gue mutusin mantan gue, dia emang pernah bilang sih kalo dia juga suka dengan gue.dan itu gak boleh. emang kedengarannya aneh, yaa itulah gue, seorang gadis 15 tahun yang punya sifat aneh dan unik :D
hihi
telepon karya Annisa Mauliddina
Semalam berdering dering telepon di ruang tengah rumah dan
malam yang mengangkatnya menyapa ‘selamat malam.’ Tak lama, malam
menatap ke arahku, bingung. katanya si penelpon mencari seseorang. Aku
bilang pada malam, “coba kau tanyakan, dari siapa?” dan tak lama malam
kembali berkata sambil berbisik kata ‘seseorang’. “Sekarang kau
tanyakan, mau mencari siapa?”
‘Seseorang.’
“Iya.. tanyakan nama seseorang itu.”
‘Se-se-o-rang.’
“NAMANYA!”
‘Katanya seseorang! Dia mencari seseorang! Dari seseorang! Namanya seseorang!’
“Sudah! Jangan buat saya pusing dengan seseorang yang mencari seseorang yang bernama seseorang! Sekarang tanyakan ada perlu apa seseorang dengan seseorang? Biar nanti kalau seseorang tiba ada seseorang yang memberitahunya.”
Malam kembali menempelkan telinganya lekat pada gagang telepon, memastikan mendengar dengan baik jawaban dari seberang sana.
‘Sesuatu’ sambil mengernyitkan dahi, malam memberitahu jawaban dari seberang.
“Iya… tapi apa sesuatunya itu?!”
Kembali malam bertanya pada seseorang di seberang dan kembali ia mengernyitkan dahi. ‘Ada sesuatu. dia hanya bilang ada sesuatu.’
“Jangan bercanda! Kemarikan teleponnya!”
‘Tidak tuan. Dia ingin berbicara dengan seseorang, bukan dengan tuan.’
“Begini saja, kau bilang padanya kalau seseorang ada. Lalu kau berikan telepon itu kepadaku.”
‘Kau menyuruhku berbohong?’
“Tidak, tidak. Kau tidak berbohong. Kita hanya bermain peran saja. Kau sebagai malam dan aku sebagai seseorang. Ini hanya sebuah permainan.”
malam terus menimbang-nimbang pernawaran barusan.
“Sudah jangan terlalu lama berpikir.”
‘Ini hanya peran ya!’ Tegas malam. ‘Tanpa dusta.’
Tak lama, malam memberikan gagang telepon itu.
kemudian seseorang mengawali pembicaraan dengan seseorang di seberang sana.
“Selamat malam. Saya seseorang. Katanya ada sesuatu yang ingin anda sampaikan kepada saya? Kalau boleh tahu ada apa dengan sesuatu? Apa sesuatu yang buruk terjadi kepadanya?”
‘Ah! Seseorang! Ya! Ya! Sesuatu terjadi padanya!’
“Ada apa dengan sesuatu?”
‘Ada kabar.’
“Baik atau buruk?”
‘Kacau.’
“Apa ada hubungannya denganku?”
‘Apa kau seseorang?’
“Ya.”
‘Kalau ya kau seseorang, maka benar ada hubungannya denganmu.’
“Kau juga seseorang kan?”
‘Ya’
“Berarti ada hubungannya juga denganmu?”
‘Tidak! Tidak! Ah! Iya! Iya! Tapi nanti.’
“Nanti? Begini tuan seseorang, saya rasa sudah cukup bercandanya. Pembicaraan ini sungguh bertele-tele. Sekarang tolong dipersingkat dan diperjelas apa yang anda ingin maksudkan?”
‘Maafkan saya tuan, saya hanya ingin memberitahu sesuatu terjadi…’
“Pada?”
‘Alam. Kacau.’
“Alam? Lalu?”
‘Saya ingin minta pertanggungjawaban dari seseorang karena seseorang akan menjadi korban nanti. Anda seseorang kan?’
Cerpen Karangan: Annisa Mauliddina
Blog: www.selembarlangit.blogspot.com
‘Seseorang.’
“Iya.. tanyakan nama seseorang itu.”
‘Se-se-o-rang.’
“NAMANYA!”
‘Katanya seseorang! Dia mencari seseorang! Dari seseorang! Namanya seseorang!’
“Sudah! Jangan buat saya pusing dengan seseorang yang mencari seseorang yang bernama seseorang! Sekarang tanyakan ada perlu apa seseorang dengan seseorang? Biar nanti kalau seseorang tiba ada seseorang yang memberitahunya.”
Malam kembali menempelkan telinganya lekat pada gagang telepon, memastikan mendengar dengan baik jawaban dari seberang sana.
‘Sesuatu’ sambil mengernyitkan dahi, malam memberitahu jawaban dari seberang.
“Iya… tapi apa sesuatunya itu?!”
Kembali malam bertanya pada seseorang di seberang dan kembali ia mengernyitkan dahi. ‘Ada sesuatu. dia hanya bilang ada sesuatu.’
“Jangan bercanda! Kemarikan teleponnya!”
‘Tidak tuan. Dia ingin berbicara dengan seseorang, bukan dengan tuan.’
“Begini saja, kau bilang padanya kalau seseorang ada. Lalu kau berikan telepon itu kepadaku.”
‘Kau menyuruhku berbohong?’
“Tidak, tidak. Kau tidak berbohong. Kita hanya bermain peran saja. Kau sebagai malam dan aku sebagai seseorang. Ini hanya sebuah permainan.”
malam terus menimbang-nimbang pernawaran barusan.
“Sudah jangan terlalu lama berpikir.”
‘Ini hanya peran ya!’ Tegas malam. ‘Tanpa dusta.’
Tak lama, malam memberikan gagang telepon itu.
kemudian seseorang mengawali pembicaraan dengan seseorang di seberang sana.
“Selamat malam. Saya seseorang. Katanya ada sesuatu yang ingin anda sampaikan kepada saya? Kalau boleh tahu ada apa dengan sesuatu? Apa sesuatu yang buruk terjadi kepadanya?”
‘Ah! Seseorang! Ya! Ya! Sesuatu terjadi padanya!’
“Ada apa dengan sesuatu?”
‘Ada kabar.’
“Baik atau buruk?”
‘Kacau.’
“Apa ada hubungannya denganku?”
‘Apa kau seseorang?’
“Ya.”
‘Kalau ya kau seseorang, maka benar ada hubungannya denganmu.’
“Kau juga seseorang kan?”
‘Ya’
“Berarti ada hubungannya juga denganmu?”
‘Tidak! Tidak! Ah! Iya! Iya! Tapi nanti.’
“Nanti? Begini tuan seseorang, saya rasa sudah cukup bercandanya. Pembicaraan ini sungguh bertele-tele. Sekarang tolong dipersingkat dan diperjelas apa yang anda ingin maksudkan?”
‘Maafkan saya tuan, saya hanya ingin memberitahu sesuatu terjadi…’
“Pada?”
‘Alam. Kacau.’
“Alam? Lalu?”
‘Saya ingin minta pertanggungjawaban dari seseorang karena seseorang akan menjadi korban nanti. Anda seseorang kan?’
Cerpen Karangan: Annisa Mauliddina
Blog: www.selembarlangit.blogspot.com
Ini merupakan cerita pendek karangan Annisa Mauliddina, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Annisa Mauliddina
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: August 25, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Sastra
hitam putih hari raya karya nika lusiyana
Allaahu akbar..
Allaahu akbar..
Allaahu akbar..
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar..
Allaahu akbar..
Walillaahilhamdu
Samar, kudengar lantun merdu takbir raya memenuhi langit maghrib petang itu. Aku mengusap wajahku dengan kedua telapak tangan, setelah kewajiban sholat ku selesai dilaksanakan. Butir segar dari air wudhu yang beberapa saat lalu kuambil, sebagian masih ada yang menggelayut manja di dagu, kening, dan pelipisku. Ku lipat pelan, mukena yang baru saja terlepas dari tubuh ini.
Lagi. Takbir itu masih menggema, seolah merayap pada atap-atap biru kemerahan yang sebentar lagi menyusut ke ufuk. Dan selalu, getaran hati ini setia terbit kala takbir-takbir itu terkumandang indah, seakan menjumpai pasangan getar yang sejati.
Aku beranjak duduk di teras depan rumah. Masih dengan getaran itu. Manik mata yang kumiliki, mulai tak sabar berkeliaran menatap orang-orang sekitar yang terlihat hilir mudik melewati jalan setapak yang menjalar di depan halaman rumahku.
Deru motor dan mobil seperti tak ada habisnya mengiringi jiwa-jiwa yang membawa segunduk rindu untuk keluarga yang menantinya. Peluh-peluh menetes mengalir ke pelipis, melukiskan perjuangan mereka yang lagi, tak kenal lelah. Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainnya tak jua menjadi penghambat jarak untuk memenuhi hasrat berkumpul mereka dengan sanak saudara.
Senyum bertengger di lengkuk bibir tipisku, saat kulihat beberapa di antara mereka orang-orang-yang-melewati-jalan-setapak tengah sibuk menjinjing beban yang dibalut plastik hitam sambil menggumam tak jelas. Mereka mengantarkan zakat-zakatnya pada tetangga mereka yang membutuhkan. Ada juga sebagian, memberikannya padaku.
Beranjak malam, langit tampak semakin cantik dengan ribuan kerlip yang menggantung. Anak-anak kecil dengan tawa cerianya berlari, dengan kaki-kakinya yang mungil dan dingin. Mereka senang, mereka gembira ketika mengingat esok akan banyak angpau-angpau yang melekat pada jemari-jemari mereka. Dan selebihnya hanya kegembiraan karena dapat bersosonoan dengan para sepupu.
Tak ayal lagi, semua yang ku tatap lekat pada malam itu memaksa sebutir liquid bening mataku membrutal dan siap meluncur. Aku menarik nafasku dalam, dan menghembuskannya sangat pelan. Seolah itu adalah satu rangkaian nikmat yang terakhir kan kurasakan.
Dan satu gurat ingatanku melayang pada sebuah hal. Kenikmatan yang ku miliki. Ku syukuri dengan sangat, segenap jiwa dan nurani, kala tuhan menempatkanku pada satu handau tolan yang beragama lurus. Pula, kala Allah, tuhanku sang pencipta segala jagat, menganugerahiku segumpal iman yang kini mengalir di tiap desah, denyut juga detakku. Iman yang tak seluruh insan menggenggamnya.
00.05
Belum ada keinginanku untuk kedua bola mata ini memejam. Aku tenggelam dan terhanyut. Tak hentinya mendesis, menggumamkan takbir serta syukur. Ketika para tetangga, masih sibuk di keremangan dapur, membaui dinding-dinding tempat tinggal mereka dengan wangi opor dan ketupat, aku malah disibukkan oleh pikiranku sendiri.
Bergulat dan berkutat pada rasa-rasa peduli yang memenuhi hampir sepenuh isi kepala.
Bagaimana, dengan mereka yang tak bisa merasakan nikmatnya sekarang? Bocah di kolong jembatan, para lansia di emperan toko, para ibu yang kehabisan makanan untuk anaknya, dan masih terlalu banyak. Semua membuncah.
Aku menangis. Dan itu, begitu deras.
Tak selesai disitu. Ada juga manusia-manusia brengs*k yang mengenyahkan nikmat mereka. Kufur. Denting botol-botol alkohol menggantikan nikmat yang sebenarnya. Malam itu, gema takbir, tawa sapa, denting botol kaca, juga isakan tangis bercampur menjadi selembar kenangan yang takkan terlupa.
Juga kerlip disana.
Cerpen Karangan: Nika Lusiyana
Facebook: Haruka Yuzu
Terus menulis, apapun itu. Asalkan baik!
Allaahu akbar..
Allaahu akbar..
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar..
Allaahu akbar..
Walillaahilhamdu
Samar, kudengar lantun merdu takbir raya memenuhi langit maghrib petang itu. Aku mengusap wajahku dengan kedua telapak tangan, setelah kewajiban sholat ku selesai dilaksanakan. Butir segar dari air wudhu yang beberapa saat lalu kuambil, sebagian masih ada yang menggelayut manja di dagu, kening, dan pelipisku. Ku lipat pelan, mukena yang baru saja terlepas dari tubuh ini.
Lagi. Takbir itu masih menggema, seolah merayap pada atap-atap biru kemerahan yang sebentar lagi menyusut ke ufuk. Dan selalu, getaran hati ini setia terbit kala takbir-takbir itu terkumandang indah, seakan menjumpai pasangan getar yang sejati.
Aku beranjak duduk di teras depan rumah. Masih dengan getaran itu. Manik mata yang kumiliki, mulai tak sabar berkeliaran menatap orang-orang sekitar yang terlihat hilir mudik melewati jalan setapak yang menjalar di depan halaman rumahku.
Deru motor dan mobil seperti tak ada habisnya mengiringi jiwa-jiwa yang membawa segunduk rindu untuk keluarga yang menantinya. Peluh-peluh menetes mengalir ke pelipis, melukiskan perjuangan mereka yang lagi, tak kenal lelah. Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainnya tak jua menjadi penghambat jarak untuk memenuhi hasrat berkumpul mereka dengan sanak saudara.
Senyum bertengger di lengkuk bibir tipisku, saat kulihat beberapa di antara mereka orang-orang-yang-melewati-jalan-setapak tengah sibuk menjinjing beban yang dibalut plastik hitam sambil menggumam tak jelas. Mereka mengantarkan zakat-zakatnya pada tetangga mereka yang membutuhkan. Ada juga sebagian, memberikannya padaku.
Beranjak malam, langit tampak semakin cantik dengan ribuan kerlip yang menggantung. Anak-anak kecil dengan tawa cerianya berlari, dengan kaki-kakinya yang mungil dan dingin. Mereka senang, mereka gembira ketika mengingat esok akan banyak angpau-angpau yang melekat pada jemari-jemari mereka. Dan selebihnya hanya kegembiraan karena dapat bersosonoan dengan para sepupu.
Tak ayal lagi, semua yang ku tatap lekat pada malam itu memaksa sebutir liquid bening mataku membrutal dan siap meluncur. Aku menarik nafasku dalam, dan menghembuskannya sangat pelan. Seolah itu adalah satu rangkaian nikmat yang terakhir kan kurasakan.
Dan satu gurat ingatanku melayang pada sebuah hal. Kenikmatan yang ku miliki. Ku syukuri dengan sangat, segenap jiwa dan nurani, kala tuhan menempatkanku pada satu handau tolan yang beragama lurus. Pula, kala Allah, tuhanku sang pencipta segala jagat, menganugerahiku segumpal iman yang kini mengalir di tiap desah, denyut juga detakku. Iman yang tak seluruh insan menggenggamnya.
00.05
Belum ada keinginanku untuk kedua bola mata ini memejam. Aku tenggelam dan terhanyut. Tak hentinya mendesis, menggumamkan takbir serta syukur. Ketika para tetangga, masih sibuk di keremangan dapur, membaui dinding-dinding tempat tinggal mereka dengan wangi opor dan ketupat, aku malah disibukkan oleh pikiranku sendiri.
Bergulat dan berkutat pada rasa-rasa peduli yang memenuhi hampir sepenuh isi kepala.
Bagaimana, dengan mereka yang tak bisa merasakan nikmatnya sekarang? Bocah di kolong jembatan, para lansia di emperan toko, para ibu yang kehabisan makanan untuk anaknya, dan masih terlalu banyak. Semua membuncah.
Aku menangis. Dan itu, begitu deras.
Tak selesai disitu. Ada juga manusia-manusia brengs*k yang mengenyahkan nikmat mereka. Kufur. Denting botol-botol alkohol menggantikan nikmat yang sebenarnya. Malam itu, gema takbir, tawa sapa, denting botol kaca, juga isakan tangis bercampur menjadi selembar kenangan yang takkan terlupa.
Juga kerlip disana.
Cerpen Karangan: Nika Lusiyana
Facebook: Haruka Yuzu
Terus menulis, apapun itu. Asalkan baik!
Ini merupakan cerita pendek karangan Nika lusiyana, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Nika lusiyana
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: September 4, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Islami (Religi), Cerpen Kehidupan
if i can say ''i love you'' karya Yvonemelosa
Keiko memandang langit musim panas yang bertaburan bintang.
Tapi perlahan air matanya mengalir, seakan-akan langit yang cantik
menunjukkan sesuatu yang tidak menyenangkan padanya. Ya, kenangan manis
yang berakhir dengan kepahitan untuk Keiko. Kenangan yang tidak akan
pernah bisa ia lupakan.
Jepang, 15 Agustus 2000
“Keiko!” suara itu menyentakkan Keiko dari lamunannya. Ia menoleh ke arah sumber suara, kemudian mendesah lega melihat pemuda yang dinantinya sedang berlari kecil ke arahnya.
“Kazehaya-san.” Sambut Keiko ketika pemuda itu berada di hadapannya dengan nafas sedikit terengah.
“Apakah aku membuatmu menunggu?” tanya pemuda yang dipanggil Kazehaya.
Keiko tersenyum lagi, kemudian menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku baru beberapa menit disini.”
Sesaat Kazehaya menatap Keiko dari ujung kepalanya, membuat Keiko sedikit salah tingkah ditatap seperti. “Apa kau tau? Ini Festival Musim Panas! Kenapa tidak menggunakan yukata sih?” ucapan Kazehaya membuat Keiko tambah salah tingkah. Ia memandang pakaiannya yang hanya dress terusan berwarna biru laut dengan sepatu flatnya.
“Ah, Maaf. Aku pikir nanti akan merepotkan Kazehaya-san bila aku menggunakan yukata.”
“Bicara apa kamu ini. Aku tidak akan merasa kerepotan. Karena aku kekasihmu.”
“Ah. Ma.. maafkan aku.”
“Ah, sudahlah, Jangan minta maaf lagi. Tahun depan aku ingin melihatmu menggunakan yukata. Sekarang karena kamu sudah begini manis, aku maafkan.” Kazehaya menggenggam erat jemari Keiko, membuat wajah Keiko bersemu merah.
“Ahh, disana ada penjual kembang gula! Ayo kita beli. Bukankah, kamu menyukai kembang gula?” tanya Kazehaya sedikit mengejutkan Keiko. Samar, Keiko tersenyum, kemudian berusaha mengikuti langkah Kazehaya menuju penjual kembang gula yang ditunjuk Kazehaya tadi.
Keiko dan Kazehaya, pasangan muda yang baru jadian beberapa bulan. Pasangan yang sangat bertolak belakang, dan mengejutkan seluruh isi sekolah SMA Tatsuno. Keiko Minagawa adalah salah seorang siswi teladan yang selalu meraih rangking 1 di sekolahnya. Sedangkan Kazehaya Shinji adalah yang terbuntut di sekolahnya, selalu ditegur guru karena datang terlambat, nilai yang jelek, dan kenakalan lainnya. Perkenalan mereka terjadi karena wali kelas Kazehaya yang meminta tolong pada Keiko untuk mengajari Kazehaya agar nilai-nilai pelajarannya meningkat. Awalnya Keiko sangat keberatan, karena ia gadis yang pemalu dan kurang bisa berinteraksi dengan lawan jenis, terlebih lagi pemuda seperti Kazehaya yang terkenal blak-blak’an, tidak peduli cewek maupun cowok. Tapi ternyata setelah ia melewati hari-harinya dengan mengajari Kazehaya, pemuda itu tidak seperti yang Keiko duga. Kazehaya sangat supel, periang, dan optimistis, meskipun terkadang Keiko merasa sedikit sebal dengan kata-kata Kazehaya yang blak-blak’an namun selalu tepat sasaran. Misalnya saja ketika Keiko dimintai tolong oleh seorang guru untuk menyusun daftar murid padahal hal seperti itu adalah tugas para guru, dan Keiko sama sekali tidak menolak. Bukan karena ingin, tetapi karena tidak bisa menolak. Keiko sangat takut para guru akan menganggapnya sebagai murid yang sombong, tidak mau membantu guru karena ia adalah murid teladan. Tapi saat itu Kazehaya kebetulan melihat kejadian itu dan langsung menarik tangan Keiko. Hal itu tentu saja mengejutkan Keiko dan guru itu. Tapi Kazehaya tidak memperdulikan guru yang memanggilnya dan berteriak marah padanya. Ia membawa Keiko ke kelas tempat dimana mereka biasa belajar bersama. Saat itu Keiko ingin marah, karena Kazehaya seenaknya menarik tangannya. Tapi kalimat yang keluar dari mulut Kazehaya membuat Keiko seakan tertusuk. “Apa karena kamu murid teladan jadi kamu harus melakukan semua hal itu meskipun kamu tidak ingin sekalipun?” ucapan itu membuat Keiko tertegun dan terdiam. Ia tidak bisa berkata apapun, dan saat itu tubuhnya bergerak sendiri. Ia berlari meninggalkan Kazehaya.
Keesokan harinya, Kazehaya meminta maaf pada Keiko dan membuat suatu pernyataan yang membuat Keiko terkejut. Kazehaya menyatakan cintanya. Pada awalnya Keiko hanya berpikir Kazehaya tidak serius dan hanya ingin mempermainkannya. Tapi, Kazehaya adalah pemuda yang pantang menyerah. Setiap hari ia menyatakan cintanya pada Keiko, membuat Keiko tanpa sadar jatuh cinta pada Kazehaya, dan akhirnya menerima Kazehaya menjadi kekasihnya.
Hari ini, tepat 3 bulan Kazehaya dan Keiko menjadi sepasang kekasih. Selama 3 bulan pula, Keiko belum pernah menyatakan perasaan sayang dan sukanya pada Kazehaya. Setiap ingin mengungkapkan perasaannya, jantung Keiko akan berdegup dengan sangat kencang, wajahnya semerah kepiting rebus, dan lidahnya seakan kelu. Tapi Kazehaya tetap menanti, hingga Keiko bisa mengungkapkan perasaannya.
“Ini kembang gulanya.” Ujar Kazehaya seraya menyerahkan kembang gula berwana pink pada Keiko.
“Terima Kasih.” Ucap Keiko dengan senyum samar, dan langsung melahap kembang gula yang sudah berada di tangannya. Kazehaya mengerutkan dahinya, memandang kekasihnya yang belepotan dengan kembang gula, kemudian tersenyum kecil. Tiba-tiba, pemuda itu menunduk dan mencomot sedikit kembang gula yang berada di tangan Keiko. Wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, membuat Keiko secara refleks menjauhkan wajahnya dan menunduk menyembunyikan wajahnya yang semerah kepiting rebus.
“Ini, benar-benar manis.” Kazehaya mengernyit tidak suka, sedetik kemudian ia menampakkan sederet giginya yang putih dan cemerlang pada Keiko.
“Kenapa wajahmu semerah kepiting rebus Keiko?” tanya Kazehaya dengan nada menggoda di dalamnya. Keiko mengigit bibirnya, menundukkan kepalanya semakin dalam.
“Apa kau sakit?” tanya Kazehaya lagi seraya menempelkan dahinya pada dahi Keiko. Tentu saja hal itu membuat Keiko semakin salah tingkah.
“Ah, ti..tidak. i..itu..” Keiko tergugup sambil menggoyangkan kakinya. Membuat Kazehaya tidak bisa menahan tawanya.
“Haha.. Kau lucu sekali.. benar-benar manis. Aku menyukaimu Keiko.” Kazehaya tersenyum lembut sambil mengusap pipi Keiko yang bersemu merah.
“A..akuu.. juga su..su..” Keiko mengigit bibirnya berusaha membalas perasaan Kazehaya.
“Apa yang ingin kau katakan? Aku tidak bisa mendengarnya.”
“Aa..ku..Su..su..”
“Ah, sudahlah. Ayuk jalan.” Kazehaya membalikkan tubuhnya. Keiko menunduk kecewa, lagi-lagi ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya.
Besok aku harus bisa mengatakannya. Janji Keiko pada dirinya sendiri. Malam itu, menjadi kenangan yang tak terlupakan oleh Keiko. Berulangkali Kazehaya melakukan hal yang tidak bisa Keiko tebak sendiri dan seringkali membuat Keiko salah tingkah. Tapi Kazehaya juga memberikannya senyum, tawa dan perasaan senang yang sangat jarang Keiko rasakan.
Jepang, 18 Agustus 2001
Keiko memandang langit musim panas yang bertaburan bintang. Begitu indah dan menawan. Tapi tidak dapat menutupi perasaan Keiko yang begitu kelabu. Perlahan, ia melangkah dengan gontai, melewati beberapa stand yang menjual berbagai macam benda dan permainan, khas festival musim panas. Tapi tak ada satupun yang menarik hati Keiko. Tiba-tiba, langkah Keiko berhenti di salah satu stand permainan menembak. Ia ingat, stand itu pernah ia kunjungi bersama Kazehaya. Di stand itu, Kazehaya hampir menembak semua boneka yang ada, dan membuat pemilik stand panik karena Kazehaya terus dan terus memaksa untuk mengambil semua boneka yang ia tembak. Hal itu membuat kehebohan di antara Kazehaya dan pemilik stand. Pada akhirnya Kazehaya hanya diberi 2 boneka saja. Mau tak mau Keiko tertawa melihat ekspresi Kazehaya yang merengut. Keiko tersenyum kecil mengingat hal itu.
“Apa nona sendirian?” tanya seraut wajah tua yang berdiri di samping stand. Keiko mengangguk pada lelaki tua itu yang ia kenal sebagai pemilik stand.
“Ah, nona yang dulu itukan? Dimana pemuda yang dulu bersama anda?” tanya pemilik stand itu lagi, membuat Keiko terdiam.
“Dia.. dia.. dia.. kecelakaan dan.. dan meninggal, setelah.. pulang dari festival tahun lalu.” Jawab Keiko dengan suara tercekat. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Kilasan memori itu menghampirinya lagi.
Malam itu, seusai festival musim panas, Kazehaya mengantar Keiko pulang. Saat itu Keiko tidak tau apa yang akan terjadi. Sesaat setelah mengantar Keiko tepat di depan gang rumah Keiko, sebuah mobil melaju kencang. Kazehaya yang tidak menyadarinya, tak dapat menghindar. Dan tabrakanpun terjadi. Keiko yang baru beberapa langkah, menoleh dan mendapati Kazehaya yang terbaring di aspal dengan berlumuran darah. Dengan segera Kazehaya dibawa ke rumah sakit, tapi nyawa Kazehaya tidak tertolong lagi. Saat mendengar hal itu, dunia Keiko seakan menjadi gelap, ia menangis dan terus menangis. Hingga hari inipun ia masih tidak dapat melupakannya.
“Aku sudah menggunakan yukata, Kazehaya-san. Kenapa kamu tidak datang?” ujar Keiko lirih di sudut taman tempat festival berlangsung. Keiko ingat, taman itu adalah tempat Keiko dan Kazehaya makan seporsi besar takoyaki bersama, hingga Kazehaya tidak kuat untuk berjalan lagi dan terpaksa mereka harus duduk sebentar sambil memandang bintang.
Suasana musim panas tahun lalu, seperti suasana musim panas tahun ini, tapi tanpa Kazehaya di samping Keiko. Dan dengan penyesalan yang selama ini selalu Keiko rasakan, ia tidak sempat mengungkapkan perasaannya.
“Seandainya aku tau.. Seandainya aku tau, kamu akan pergi secepat ini Kazehaya-san. Aku akan mengungkapkannya. Kazehaya-san, aku menyukaimu, aku mencintaimu.” Ujar Keiko tulus di sela tangisnya, air matanya mengalir deras. Tiba-tiba angin bertiup kencang, memaksa Keiko melindungi matanya dari debu yang berterbangan. Setelah angin reda, Keiko membuka matanya perlahan. Sesaat ia tertegun memandang sesosok pemuda yang berada di hadapannya.
“Kazehaya-san..” gumamnya lirih. Pemuda itu menatap Keiko dengan lembut dan senyumnya yang hangat. Kemudian mendekat dan menundukkan kepalanya, mencium kening Keiko lembut.
Seperti angin, pemuda itu membisikkannya dengan suaranya yang khas “Aku tau, kalau kau sangat mencintaiku. Hiduplah bahagia. Aku mencintaimu.” Kemudian angin bertiup lagi, membuat Keiko memejamkan matanya sekali lagi. Ketika ia membuka matanya, air matanya mengalir lagi, lebih deras. Ia tau, ia tidak bermimpi. Perkataan pemuda itu masih terngiang di telinganya, ia masih bisa merasakannya hangat ciuman yang diberikan pemuda itu. Perlahan, Keiko mengusap matanya yang sembab, kemudian menatap langit dan tersenyum lembut.
“Terima kasih Kazehaya-san.”
Cerpen Karangan: Yvonemelosa
Facebook: https://www.facebook.com/yvoniaphenomenic
Yvone’s just a pen name. A girl who love green, nature, read and write. Still learn how to write a kind story.
Jepang, 15 Agustus 2000
“Keiko!” suara itu menyentakkan Keiko dari lamunannya. Ia menoleh ke arah sumber suara, kemudian mendesah lega melihat pemuda yang dinantinya sedang berlari kecil ke arahnya.
“Kazehaya-san.” Sambut Keiko ketika pemuda itu berada di hadapannya dengan nafas sedikit terengah.
“Apakah aku membuatmu menunggu?” tanya pemuda yang dipanggil Kazehaya.
Keiko tersenyum lagi, kemudian menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku baru beberapa menit disini.”
Sesaat Kazehaya menatap Keiko dari ujung kepalanya, membuat Keiko sedikit salah tingkah ditatap seperti. “Apa kau tau? Ini Festival Musim Panas! Kenapa tidak menggunakan yukata sih?” ucapan Kazehaya membuat Keiko tambah salah tingkah. Ia memandang pakaiannya yang hanya dress terusan berwarna biru laut dengan sepatu flatnya.
“Ah, Maaf. Aku pikir nanti akan merepotkan Kazehaya-san bila aku menggunakan yukata.”
“Bicara apa kamu ini. Aku tidak akan merasa kerepotan. Karena aku kekasihmu.”
“Ah. Ma.. maafkan aku.”
“Ah, sudahlah, Jangan minta maaf lagi. Tahun depan aku ingin melihatmu menggunakan yukata. Sekarang karena kamu sudah begini manis, aku maafkan.” Kazehaya menggenggam erat jemari Keiko, membuat wajah Keiko bersemu merah.
“Ahh, disana ada penjual kembang gula! Ayo kita beli. Bukankah, kamu menyukai kembang gula?” tanya Kazehaya sedikit mengejutkan Keiko. Samar, Keiko tersenyum, kemudian berusaha mengikuti langkah Kazehaya menuju penjual kembang gula yang ditunjuk Kazehaya tadi.
Keiko dan Kazehaya, pasangan muda yang baru jadian beberapa bulan. Pasangan yang sangat bertolak belakang, dan mengejutkan seluruh isi sekolah SMA Tatsuno. Keiko Minagawa adalah salah seorang siswi teladan yang selalu meraih rangking 1 di sekolahnya. Sedangkan Kazehaya Shinji adalah yang terbuntut di sekolahnya, selalu ditegur guru karena datang terlambat, nilai yang jelek, dan kenakalan lainnya. Perkenalan mereka terjadi karena wali kelas Kazehaya yang meminta tolong pada Keiko untuk mengajari Kazehaya agar nilai-nilai pelajarannya meningkat. Awalnya Keiko sangat keberatan, karena ia gadis yang pemalu dan kurang bisa berinteraksi dengan lawan jenis, terlebih lagi pemuda seperti Kazehaya yang terkenal blak-blak’an, tidak peduli cewek maupun cowok. Tapi ternyata setelah ia melewati hari-harinya dengan mengajari Kazehaya, pemuda itu tidak seperti yang Keiko duga. Kazehaya sangat supel, periang, dan optimistis, meskipun terkadang Keiko merasa sedikit sebal dengan kata-kata Kazehaya yang blak-blak’an namun selalu tepat sasaran. Misalnya saja ketika Keiko dimintai tolong oleh seorang guru untuk menyusun daftar murid padahal hal seperti itu adalah tugas para guru, dan Keiko sama sekali tidak menolak. Bukan karena ingin, tetapi karena tidak bisa menolak. Keiko sangat takut para guru akan menganggapnya sebagai murid yang sombong, tidak mau membantu guru karena ia adalah murid teladan. Tapi saat itu Kazehaya kebetulan melihat kejadian itu dan langsung menarik tangan Keiko. Hal itu tentu saja mengejutkan Keiko dan guru itu. Tapi Kazehaya tidak memperdulikan guru yang memanggilnya dan berteriak marah padanya. Ia membawa Keiko ke kelas tempat dimana mereka biasa belajar bersama. Saat itu Keiko ingin marah, karena Kazehaya seenaknya menarik tangannya. Tapi kalimat yang keluar dari mulut Kazehaya membuat Keiko seakan tertusuk. “Apa karena kamu murid teladan jadi kamu harus melakukan semua hal itu meskipun kamu tidak ingin sekalipun?” ucapan itu membuat Keiko tertegun dan terdiam. Ia tidak bisa berkata apapun, dan saat itu tubuhnya bergerak sendiri. Ia berlari meninggalkan Kazehaya.
Keesokan harinya, Kazehaya meminta maaf pada Keiko dan membuat suatu pernyataan yang membuat Keiko terkejut. Kazehaya menyatakan cintanya. Pada awalnya Keiko hanya berpikir Kazehaya tidak serius dan hanya ingin mempermainkannya. Tapi, Kazehaya adalah pemuda yang pantang menyerah. Setiap hari ia menyatakan cintanya pada Keiko, membuat Keiko tanpa sadar jatuh cinta pada Kazehaya, dan akhirnya menerima Kazehaya menjadi kekasihnya.
Hari ini, tepat 3 bulan Kazehaya dan Keiko menjadi sepasang kekasih. Selama 3 bulan pula, Keiko belum pernah menyatakan perasaan sayang dan sukanya pada Kazehaya. Setiap ingin mengungkapkan perasaannya, jantung Keiko akan berdegup dengan sangat kencang, wajahnya semerah kepiting rebus, dan lidahnya seakan kelu. Tapi Kazehaya tetap menanti, hingga Keiko bisa mengungkapkan perasaannya.
“Ini kembang gulanya.” Ujar Kazehaya seraya menyerahkan kembang gula berwana pink pada Keiko.
“Terima Kasih.” Ucap Keiko dengan senyum samar, dan langsung melahap kembang gula yang sudah berada di tangannya. Kazehaya mengerutkan dahinya, memandang kekasihnya yang belepotan dengan kembang gula, kemudian tersenyum kecil. Tiba-tiba, pemuda itu menunduk dan mencomot sedikit kembang gula yang berada di tangan Keiko. Wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, membuat Keiko secara refleks menjauhkan wajahnya dan menunduk menyembunyikan wajahnya yang semerah kepiting rebus.
“Ini, benar-benar manis.” Kazehaya mengernyit tidak suka, sedetik kemudian ia menampakkan sederet giginya yang putih dan cemerlang pada Keiko.
“Kenapa wajahmu semerah kepiting rebus Keiko?” tanya Kazehaya dengan nada menggoda di dalamnya. Keiko mengigit bibirnya, menundukkan kepalanya semakin dalam.
“Apa kau sakit?” tanya Kazehaya lagi seraya menempelkan dahinya pada dahi Keiko. Tentu saja hal itu membuat Keiko semakin salah tingkah.
“Ah, ti..tidak. i..itu..” Keiko tergugup sambil menggoyangkan kakinya. Membuat Kazehaya tidak bisa menahan tawanya.
“Haha.. Kau lucu sekali.. benar-benar manis. Aku menyukaimu Keiko.” Kazehaya tersenyum lembut sambil mengusap pipi Keiko yang bersemu merah.
“A..akuu.. juga su..su..” Keiko mengigit bibirnya berusaha membalas perasaan Kazehaya.
“Apa yang ingin kau katakan? Aku tidak bisa mendengarnya.”
“Aa..ku..Su..su..”
“Ah, sudahlah. Ayuk jalan.” Kazehaya membalikkan tubuhnya. Keiko menunduk kecewa, lagi-lagi ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya.
Besok aku harus bisa mengatakannya. Janji Keiko pada dirinya sendiri. Malam itu, menjadi kenangan yang tak terlupakan oleh Keiko. Berulangkali Kazehaya melakukan hal yang tidak bisa Keiko tebak sendiri dan seringkali membuat Keiko salah tingkah. Tapi Kazehaya juga memberikannya senyum, tawa dan perasaan senang yang sangat jarang Keiko rasakan.
Jepang, 18 Agustus 2001
Keiko memandang langit musim panas yang bertaburan bintang. Begitu indah dan menawan. Tapi tidak dapat menutupi perasaan Keiko yang begitu kelabu. Perlahan, ia melangkah dengan gontai, melewati beberapa stand yang menjual berbagai macam benda dan permainan, khas festival musim panas. Tapi tak ada satupun yang menarik hati Keiko. Tiba-tiba, langkah Keiko berhenti di salah satu stand permainan menembak. Ia ingat, stand itu pernah ia kunjungi bersama Kazehaya. Di stand itu, Kazehaya hampir menembak semua boneka yang ada, dan membuat pemilik stand panik karena Kazehaya terus dan terus memaksa untuk mengambil semua boneka yang ia tembak. Hal itu membuat kehebohan di antara Kazehaya dan pemilik stand. Pada akhirnya Kazehaya hanya diberi 2 boneka saja. Mau tak mau Keiko tertawa melihat ekspresi Kazehaya yang merengut. Keiko tersenyum kecil mengingat hal itu.
“Apa nona sendirian?” tanya seraut wajah tua yang berdiri di samping stand. Keiko mengangguk pada lelaki tua itu yang ia kenal sebagai pemilik stand.
“Ah, nona yang dulu itukan? Dimana pemuda yang dulu bersama anda?” tanya pemilik stand itu lagi, membuat Keiko terdiam.
“Dia.. dia.. dia.. kecelakaan dan.. dan meninggal, setelah.. pulang dari festival tahun lalu.” Jawab Keiko dengan suara tercekat. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Kilasan memori itu menghampirinya lagi.
Malam itu, seusai festival musim panas, Kazehaya mengantar Keiko pulang. Saat itu Keiko tidak tau apa yang akan terjadi. Sesaat setelah mengantar Keiko tepat di depan gang rumah Keiko, sebuah mobil melaju kencang. Kazehaya yang tidak menyadarinya, tak dapat menghindar. Dan tabrakanpun terjadi. Keiko yang baru beberapa langkah, menoleh dan mendapati Kazehaya yang terbaring di aspal dengan berlumuran darah. Dengan segera Kazehaya dibawa ke rumah sakit, tapi nyawa Kazehaya tidak tertolong lagi. Saat mendengar hal itu, dunia Keiko seakan menjadi gelap, ia menangis dan terus menangis. Hingga hari inipun ia masih tidak dapat melupakannya.
“Aku sudah menggunakan yukata, Kazehaya-san. Kenapa kamu tidak datang?” ujar Keiko lirih di sudut taman tempat festival berlangsung. Keiko ingat, taman itu adalah tempat Keiko dan Kazehaya makan seporsi besar takoyaki bersama, hingga Kazehaya tidak kuat untuk berjalan lagi dan terpaksa mereka harus duduk sebentar sambil memandang bintang.
Suasana musim panas tahun lalu, seperti suasana musim panas tahun ini, tapi tanpa Kazehaya di samping Keiko. Dan dengan penyesalan yang selama ini selalu Keiko rasakan, ia tidak sempat mengungkapkan perasaannya.
“Seandainya aku tau.. Seandainya aku tau, kamu akan pergi secepat ini Kazehaya-san. Aku akan mengungkapkannya. Kazehaya-san, aku menyukaimu, aku mencintaimu.” Ujar Keiko tulus di sela tangisnya, air matanya mengalir deras. Tiba-tiba angin bertiup kencang, memaksa Keiko melindungi matanya dari debu yang berterbangan. Setelah angin reda, Keiko membuka matanya perlahan. Sesaat ia tertegun memandang sesosok pemuda yang berada di hadapannya.
“Kazehaya-san..” gumamnya lirih. Pemuda itu menatap Keiko dengan lembut dan senyumnya yang hangat. Kemudian mendekat dan menundukkan kepalanya, mencium kening Keiko lembut.
Seperti angin, pemuda itu membisikkannya dengan suaranya yang khas “Aku tau, kalau kau sangat mencintaiku. Hiduplah bahagia. Aku mencintaimu.” Kemudian angin bertiup lagi, membuat Keiko memejamkan matanya sekali lagi. Ketika ia membuka matanya, air matanya mengalir lagi, lebih deras. Ia tau, ia tidak bermimpi. Perkataan pemuda itu masih terngiang di telinganya, ia masih bisa merasakannya hangat ciuman yang diberikan pemuda itu. Perlahan, Keiko mengusap matanya yang sembab, kemudian menatap langit dan tersenyum lembut.
“Terima kasih Kazehaya-san.”
Cerpen Karangan: Yvonemelosa
Facebook: https://www.facebook.com/yvoniaphenomenic
Yvone’s just a pen name. A girl who love green, nature, read and write. Still learn how to write a kind story.
Ini merupakan cerita pendek karangan Yvonemelosa, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Yvonemelosa
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: August 25, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Jepang, Cerpen Romantis
my first boyfriend karya rahmi pratiwi
When I was Junior High School, I knew him. Even if we
didn’t ever meet, we were always sent a message each other with SMS
(Short Message Service). He was a good boy, cared to me and funny. After
a week, he asked me to be his girlfriend. At the moment, I didn’t want,
because I didn’t love him. After some days, he asked me again but I
rejected him. Then, he said that he would to go if I didn’t accept him.
Finally, I forced to accept him to be my boyfriend, my first boyfriend,
because I didn’t want he went, not cause I loved him.
Then, I told my friends that he was my boyfriend. All of my friends didn’t agree because they thought that he was bad and not suitable for me. They ordered me to stopped love him and broken off our relationship. I was confused. When I came back to home, I can’t broken off with him because I was aware that I was very love him. Finally, I passed this relationship without blessing of my friends.
Next month, he was honest to me that he had a girlfriend again. I was shocked, angry, peevish and jealous. I asked him to chose me or her. If he chose her, I would to go. But, if he chose me, he must go from her. I thought that he would chose her, not me. Then, he chose me. I was very happy and forgave him.
When I was birthday, he gave me a ring. I was happy. I felt nothing again that I want because I had him. Then, I passed all with happiness. Fortunately, we was a schoolmate. So, I can see him every day. He ever didn’t call me for a month because his phone was broken. But, I even with him.
After he bought a phone again, he sent a message for me. Finally, I can communicated with him. But, since that I felt that he was change. I felt he didn’t love me again. He loved someone. I saw him with a girl at school. He talked with that girl in front of me. When he sang at competition, he never look at me. When I went to home, he didn’t wait me again. When I got the first ranking, he didn’t congratulate me.
January 7th is his birthday. I bought a shirt as present for him. I forced him to meet. At the moment, he was very nice and cared to me. But, next night suddenly he broken off our relationship. He said that he can’t hold in with me. At the moment, I accepted his chosen. I let him go.
My heart was broken. He changed very fast. Until now I can’t forget him. I still love him. He taught me many things, about love, loyal and sacrifice. I can’t forget all memories about him. I want he come back to me. I still alone. I am hurt because of him. But, I can’t hate him. I hope he is always happy. I pray for his happiness. Maybe, a long of my life I’ll never forget him until the day I die. He is my first love, my prince.
Cerpen Karangan: Rahmi Pratiwi
Facebook: Rahmi Chelsea Ayumi Aprilia
Then, I told my friends that he was my boyfriend. All of my friends didn’t agree because they thought that he was bad and not suitable for me. They ordered me to stopped love him and broken off our relationship. I was confused. When I came back to home, I can’t broken off with him because I was aware that I was very love him. Finally, I passed this relationship without blessing of my friends.
Next month, he was honest to me that he had a girlfriend again. I was shocked, angry, peevish and jealous. I asked him to chose me or her. If he chose her, I would to go. But, if he chose me, he must go from her. I thought that he would chose her, not me. Then, he chose me. I was very happy and forgave him.
When I was birthday, he gave me a ring. I was happy. I felt nothing again that I want because I had him. Then, I passed all with happiness. Fortunately, we was a schoolmate. So, I can see him every day. He ever didn’t call me for a month because his phone was broken. But, I even with him.
After he bought a phone again, he sent a message for me. Finally, I can communicated with him. But, since that I felt that he was change. I felt he didn’t love me again. He loved someone. I saw him with a girl at school. He talked with that girl in front of me. When he sang at competition, he never look at me. When I went to home, he didn’t wait me again. When I got the first ranking, he didn’t congratulate me.
January 7th is his birthday. I bought a shirt as present for him. I forced him to meet. At the moment, he was very nice and cared to me. But, next night suddenly he broken off our relationship. He said that he can’t hold in with me. At the moment, I accepted his chosen. I let him go.
My heart was broken. He changed very fast. Until now I can’t forget him. I still love him. He taught me many things, about love, loyal and sacrifice. I can’t forget all memories about him. I want he come back to me. I still alone. I am hurt because of him. But, I can’t hate him. I hope he is always happy. I pray for his happiness. Maybe, a long of my life I’ll never forget him until the day I die. He is my first love, my prince.
Cerpen Karangan: Rahmi Pratiwi
Facebook: Rahmi Chelsea Ayumi Aprilia
Ini merupakan cerita pendek karangan Rahmi Pratiwi, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Rahmi Pratiwi
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: August 3, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Bahasa Inggris, Cerpen Patah Hati
ayah karya riza fahriza
“Kamu jadi anak lelaki tidak boleh cengeng,” perkataan itu
yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telingaku dan selalu ke
luar dari mulut ayah di saat aku kecil meminta sesuatu barang atau
ketika aku kalah dalam berkelahi dengan temanku.
“Kamu nanti akan jadi ‘pagar’ keluarga,” kata-kata itu juga sering dilontarkan ketika aku beranjak dewasa sampai berumah tangga.
Saat itu aku pun bertanya “pagar” yang dimaksudnya itu, kemudian dia menjelaskan tradisi Minangkabau bahwa pagar itu melindungi kaum wanita di keluargaku yang satu sepersukuan.
“Kaum wanita itu harus engkau jaga, memang engkau sebagai lelaki tidak akan mendapatkan tanah pusako, tapi peranannya adalah menjaga,” kalimat itu ke luar dari mulutnya di saat aku mengeluh.
Perkataan ayah memang sangat menyentuh hati, dirinya tidak perlu memarahi dengan kata-kata kasar, tapi cukup dengan beberapa patah kata yang sarat makna filosofisnya. Sampai aku berumah tangga pun, ayah masih selalu memberikan wejangan-wejangan agar aku tidak tergelincir dalam kehidupan dan kuat dalam menghadapi berbagai prahara kehidupan.
Dari raut mukanya yang sarat dengan perjalanan hidupnya itu, selalu menjadi teman di saat aku berduka. Meski cukup bertelepon untuk menanyakan keadaan aku di tanah rantau, tapi engkau akan selalu merasakannya baik di tengah suka dan duka.
“Papa tidak meminta engkau banyak-banyak, hanya satu engkau jangan tinggalkan shalat lima waktu,” perkataan itu kembali muncul.
Karena dari shalat itulah kamu akan mendapatkan petunjuknya dengan tetap berikhtiar meminta kepada Allah SWT hingga berputar kembali ke masa awal kuliah ketika aku diterima di perguruan tinggi negeri, di saat itu keadaan ekonomi keluarga tengah menurun hingga dalam kondisi terpepet untuk membayar uang pendaftaran ulang yang tinggal hanya menyisakan dua hari lagi.
“Engkau Shalat Tahajud meminta tolong kepada Allah SWT,” katanya.
Ayah juga merelakan diri harus meminjam ke kanan kiri berangkat ke Jakarta dari Bandung dini hari, hingga pada keesokan harinya dia sudah tiba kembali di rumah dengan wajah tersenyum. “Alhamdulillah, besok kamu bisa daftar ulang,” ungkapnya dengan penuh makna.
—
Entah karena takut kehilangan yang sedemikian besar, membuat aku selalu terjaga dari tidur dan menengok ke kamarnya setiap aku tengah pulang kampung di Lubuk Alung, Pariaman. Dia tidur begitu tenang di samping Ibu, wajah yang sudah dipenuhi dengan keriput terutama di bagian giginya seiring banyaknya gigi yang sudah tanggal dan rambutnya yang sudah menipis hingga kulit kepalanya terlihat jelas terkena sorotan lampu kamar, sesekali mengeluarkan dengkuran halus karena keletihan seharian bekerja di ladang.
Sesekali jari telunjukku diletakkan di bawah hidungnya untuk merasakan hembusan nafasnya, dia pun terjaga sesaat kemudian melanjutkan mimpinya.
Ya… ya aku benar-benar takut akan kehilangan seorang sosok ayah yang menjadi tumpuan kaki ketika melangkah, dirinya bisa menjadi teman bisa menjadi sosok sebagai pelindung di kala tengah menghadapi kesusahan dalam menjalani hidup.
“Yah, bagaimana kabarnya, sehat kan,” hampir dua hari sekali aku mencoba bertelepon.
“Beginilah kalau sudah tua? Ada saja masalah gak enak badan. Maklum umur udah 74 tahun lebih,” ujarnya dengan nada suaranya yang parau.
Meski usianya sudah tua, namun Ayah selalu tetap energik dan tidak mau diam selalu saja ada yang dikerjakan dari mengurus kandang ayam sampai memetik kopra dan kopi yang bisa menambah uang asap dapur di samping mendapatkan kiriman dari kami anak-anaknya yang berada jauh di rantau.
Kekhawatiran yang berlebihan itu membuat istriku cemburu karena perhatian hanya diarahkan dari pihak laki saja sedangkan dari pihak keluarganya dinilai tidak diperhatikan.
Ada saja yang dipermasalahkan dari saat aku mengirim uang, istriku langsung mengeluarkan wajah cemberut bahkan tega tidak mau menegur hampir satu hari penuh. “Kalau mau berbagi harus adil juga, kasih dong orangtua saya juga,” ketusnya saat aku meminta pertimbangan jika berencana menyisihkan uang untuk orang tua di Padang.
Saat aku menyela, “Ibu… tidak salahnya kita menyisihkan uang untuk orang tua, tokh aku juga mengirim uang untuk keluargamu,”
“Pokoknya harus adil, titik…,” tandasnya kembali memotong pembicaraan saat menjelaskan rencana itu mengirim uang.
Ada saja yang selalu dipermasalahkan dari perhatian yang berlebihan terhadap ayah dan ibuku itu.
Sebenarnya aku juga mencoba untuk bersikap adil seperti setiap Lebaran sudah dipastikan membeli barang dari sandal sampai baju koko maupun baju muslim untuk ibuku, seragam dengan kedua orang tua istriku.
Terkadang kalau berbelanja untuk Lebaran, aku sengaja mengajak istriku untuk turut memilih-milih pakaian mana yang layak untuk dibelikan untuk kedua orang tua.
Sebenarnya aku tetap yakin istriku tetap menyayangi kedua orang tuaku, maupun sebaliknya aku juga sayang kepada kedua orang tua istriku. Mungkin hanya faktor komunikasi saja yang membuat kecemburuan itu tetap berjalan.
Salah satunya saat dirinya pernah mendapatkan tugas ke Padang, dirinya rutin menengok ayah dan ibuku serta selalu memberikan perhatian lebih dari membelikan kebutuhan sehari-hari sampai terkadang membelikan pakaian.
Kembali aku teringat kembali akan nasehat ayah yang saat ini wajahnya yang semakin dipenuhi dengan keriput dan pandangan mata yang sudah mulai kabur itu. “Jadi laki-laki kamu jangan cengeng dan hadapi semua rintangan. Jangan sekali-kali kau mengeluh. Engkau adalah imam keluarga,” katanya dari balik telepon.
Awal April 2010
Suasana di sudut perkantoran kawasan Blok M, Jakarta Selatan, sore itu memang agak berbeda, entah saat itu perasaan saja atau memang suasananya yang kurang baik dengan angin yang cukup kencang hingga pepohonan palem yang memayungi jalan di perkantoran itu bergoyang-goyang bak penari yang mengikuti alunan gending sedih.
Suasana pun semakin syahdu dengan langit yang menghitam bercampur abu-abu, namun hujan sedari siang tidak turun juga.
Trrrttt.. ttrrrttt… trrrttt… nada getar handphone ku berbunyi terlihat nama ibu di monitor hp.
“Ayah sakit, udah tiga hari susah nafas, kalau jalan pun harus terbungkuk-bungkuk,” suara ibu seperti nada panik mengabari kondisi ayah.
“Sudah dibawa ke dokter hari kemarin, sudah dikasih obat tapi tidak ada perubahan. Sekarang mau dibawa ke rumah sakit di Padang. Minta doanya aja ya,” sambung ibu.
Entah terbawa suasana khawatir atau tanda-tanda akan terjadi sesuatu hal, di tengah perjalanan pulang melewati kemacetan jalan di Pancoran. Tiba-tiba saja motorku ditabrak motor dari belakang.
Tepat pukul 00.00 WIB, ibu menelepon kembali yang mengabarkan kondisi ayah yang sudah kritis. “Minta doanya saja ya, sudah susah nafas,” katanya.
Dari handphone lamat-lamat terdengar suara ayah yang meminta tolong untuk diambilkan pispot. “ma… ma… tolong pispot,”.
Pukul 04.30 WIB atau tepat Adzan subuh Jumat dini hari, dering handphone berbunyi di saat di tengah kekhawatiran. “Ayah sudah meninggal barusan, ayah sudah meninggal,” suara ibu yang mencoba menahan tangis.
Pukul 13.00 WIB, hujan gerimis memayungi Lubuk Alung mengiringi saat keranda jenazah dibawa oleh warga dari masjid kampung yang berjarak sekitar 100 meter ke tanah makam.
Tanah masih merah, aku berdoa di samping makam bersama anakku si Guevarra. Aku pun memberikan nasehat “Kamu anak lelaki jangan cengeng, kamu adalah pagar keluarga. Kamu harus berani dalam menghadapi rintangan apapun,”.
Bekasi, 8 Mei 2013
Riza Fahriza (penikmat karya sastra)
Cerpen Karangan: Riza Fahriza
“Kamu nanti akan jadi ‘pagar’ keluarga,” kata-kata itu juga sering dilontarkan ketika aku beranjak dewasa sampai berumah tangga.
Saat itu aku pun bertanya “pagar” yang dimaksudnya itu, kemudian dia menjelaskan tradisi Minangkabau bahwa pagar itu melindungi kaum wanita di keluargaku yang satu sepersukuan.
“Kaum wanita itu harus engkau jaga, memang engkau sebagai lelaki tidak akan mendapatkan tanah pusako, tapi peranannya adalah menjaga,” kalimat itu ke luar dari mulutnya di saat aku mengeluh.
Perkataan ayah memang sangat menyentuh hati, dirinya tidak perlu memarahi dengan kata-kata kasar, tapi cukup dengan beberapa patah kata yang sarat makna filosofisnya. Sampai aku berumah tangga pun, ayah masih selalu memberikan wejangan-wejangan agar aku tidak tergelincir dalam kehidupan dan kuat dalam menghadapi berbagai prahara kehidupan.
Dari raut mukanya yang sarat dengan perjalanan hidupnya itu, selalu menjadi teman di saat aku berduka. Meski cukup bertelepon untuk menanyakan keadaan aku di tanah rantau, tapi engkau akan selalu merasakannya baik di tengah suka dan duka.
“Papa tidak meminta engkau banyak-banyak, hanya satu engkau jangan tinggalkan shalat lima waktu,” perkataan itu kembali muncul.
Karena dari shalat itulah kamu akan mendapatkan petunjuknya dengan tetap berikhtiar meminta kepada Allah SWT hingga berputar kembali ke masa awal kuliah ketika aku diterima di perguruan tinggi negeri, di saat itu keadaan ekonomi keluarga tengah menurun hingga dalam kondisi terpepet untuk membayar uang pendaftaran ulang yang tinggal hanya menyisakan dua hari lagi.
“Engkau Shalat Tahajud meminta tolong kepada Allah SWT,” katanya.
Ayah juga merelakan diri harus meminjam ke kanan kiri berangkat ke Jakarta dari Bandung dini hari, hingga pada keesokan harinya dia sudah tiba kembali di rumah dengan wajah tersenyum. “Alhamdulillah, besok kamu bisa daftar ulang,” ungkapnya dengan penuh makna.
—
Entah karena takut kehilangan yang sedemikian besar, membuat aku selalu terjaga dari tidur dan menengok ke kamarnya setiap aku tengah pulang kampung di Lubuk Alung, Pariaman. Dia tidur begitu tenang di samping Ibu, wajah yang sudah dipenuhi dengan keriput terutama di bagian giginya seiring banyaknya gigi yang sudah tanggal dan rambutnya yang sudah menipis hingga kulit kepalanya terlihat jelas terkena sorotan lampu kamar, sesekali mengeluarkan dengkuran halus karena keletihan seharian bekerja di ladang.
Sesekali jari telunjukku diletakkan di bawah hidungnya untuk merasakan hembusan nafasnya, dia pun terjaga sesaat kemudian melanjutkan mimpinya.
Ya… ya aku benar-benar takut akan kehilangan seorang sosok ayah yang menjadi tumpuan kaki ketika melangkah, dirinya bisa menjadi teman bisa menjadi sosok sebagai pelindung di kala tengah menghadapi kesusahan dalam menjalani hidup.
“Yah, bagaimana kabarnya, sehat kan,” hampir dua hari sekali aku mencoba bertelepon.
“Beginilah kalau sudah tua? Ada saja masalah gak enak badan. Maklum umur udah 74 tahun lebih,” ujarnya dengan nada suaranya yang parau.
Meski usianya sudah tua, namun Ayah selalu tetap energik dan tidak mau diam selalu saja ada yang dikerjakan dari mengurus kandang ayam sampai memetik kopra dan kopi yang bisa menambah uang asap dapur di samping mendapatkan kiriman dari kami anak-anaknya yang berada jauh di rantau.
Kekhawatiran yang berlebihan itu membuat istriku cemburu karena perhatian hanya diarahkan dari pihak laki saja sedangkan dari pihak keluarganya dinilai tidak diperhatikan.
Ada saja yang dipermasalahkan dari saat aku mengirim uang, istriku langsung mengeluarkan wajah cemberut bahkan tega tidak mau menegur hampir satu hari penuh. “Kalau mau berbagi harus adil juga, kasih dong orangtua saya juga,” ketusnya saat aku meminta pertimbangan jika berencana menyisihkan uang untuk orang tua di Padang.
Saat aku menyela, “Ibu… tidak salahnya kita menyisihkan uang untuk orang tua, tokh aku juga mengirim uang untuk keluargamu,”
“Pokoknya harus adil, titik…,” tandasnya kembali memotong pembicaraan saat menjelaskan rencana itu mengirim uang.
Ada saja yang selalu dipermasalahkan dari perhatian yang berlebihan terhadap ayah dan ibuku itu.
Sebenarnya aku juga mencoba untuk bersikap adil seperti setiap Lebaran sudah dipastikan membeli barang dari sandal sampai baju koko maupun baju muslim untuk ibuku, seragam dengan kedua orang tua istriku.
Terkadang kalau berbelanja untuk Lebaran, aku sengaja mengajak istriku untuk turut memilih-milih pakaian mana yang layak untuk dibelikan untuk kedua orang tua.
Sebenarnya aku tetap yakin istriku tetap menyayangi kedua orang tuaku, maupun sebaliknya aku juga sayang kepada kedua orang tua istriku. Mungkin hanya faktor komunikasi saja yang membuat kecemburuan itu tetap berjalan.
Salah satunya saat dirinya pernah mendapatkan tugas ke Padang, dirinya rutin menengok ayah dan ibuku serta selalu memberikan perhatian lebih dari membelikan kebutuhan sehari-hari sampai terkadang membelikan pakaian.
Kembali aku teringat kembali akan nasehat ayah yang saat ini wajahnya yang semakin dipenuhi dengan keriput dan pandangan mata yang sudah mulai kabur itu. “Jadi laki-laki kamu jangan cengeng dan hadapi semua rintangan. Jangan sekali-kali kau mengeluh. Engkau adalah imam keluarga,” katanya dari balik telepon.
Awal April 2010
Suasana di sudut perkantoran kawasan Blok M, Jakarta Selatan, sore itu memang agak berbeda, entah saat itu perasaan saja atau memang suasananya yang kurang baik dengan angin yang cukup kencang hingga pepohonan palem yang memayungi jalan di perkantoran itu bergoyang-goyang bak penari yang mengikuti alunan gending sedih.
Suasana pun semakin syahdu dengan langit yang menghitam bercampur abu-abu, namun hujan sedari siang tidak turun juga.
Trrrttt.. ttrrrttt… trrrttt… nada getar handphone ku berbunyi terlihat nama ibu di monitor hp.
“Ayah sakit, udah tiga hari susah nafas, kalau jalan pun harus terbungkuk-bungkuk,” suara ibu seperti nada panik mengabari kondisi ayah.
“Sudah dibawa ke dokter hari kemarin, sudah dikasih obat tapi tidak ada perubahan. Sekarang mau dibawa ke rumah sakit di Padang. Minta doanya aja ya,” sambung ibu.
Entah terbawa suasana khawatir atau tanda-tanda akan terjadi sesuatu hal, di tengah perjalanan pulang melewati kemacetan jalan di Pancoran. Tiba-tiba saja motorku ditabrak motor dari belakang.
Tepat pukul 00.00 WIB, ibu menelepon kembali yang mengabarkan kondisi ayah yang sudah kritis. “Minta doanya saja ya, sudah susah nafas,” katanya.
Dari handphone lamat-lamat terdengar suara ayah yang meminta tolong untuk diambilkan pispot. “ma… ma… tolong pispot,”.
Pukul 04.30 WIB atau tepat Adzan subuh Jumat dini hari, dering handphone berbunyi di saat di tengah kekhawatiran. “Ayah sudah meninggal barusan, ayah sudah meninggal,” suara ibu yang mencoba menahan tangis.
Pukul 13.00 WIB, hujan gerimis memayungi Lubuk Alung mengiringi saat keranda jenazah dibawa oleh warga dari masjid kampung yang berjarak sekitar 100 meter ke tanah makam.
Tanah masih merah, aku berdoa di samping makam bersama anakku si Guevarra. Aku pun memberikan nasehat “Kamu anak lelaki jangan cengeng, kamu adalah pagar keluarga. Kamu harus berani dalam menghadapi rintangan apapun,”.
Bekasi, 8 Mei 2013
Riza Fahriza (penikmat karya sastra)
Cerpen Karangan: Riza Fahriza
Ini merupakan cerita pendek karangan Riza Fahriza, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Riza Fahriza
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: September 7, 2013Masuk ke dalam kategori Cerpen Budaya, Cerpen Keluarga, Cerpen Nasihat
hidup untukmu mati tanpamu karya eni kurnaeni
Entah sampai detik kapan aku mampu bertahan dengan
bayang-bayang penantian yang selama ini aku jalani dalam hidupku,
Berkali-kali aku merasa bodoh karena telah mencintaimu. Berulangkali aku
mengurungkan niatku untuk pergi karena aku masih berharap waktu akan
mengubahmu seperti yang aku harapkan… Tapi sekali lagi, aku harus
berfikir, benarkah yang kulakukan selama ini? Dan seberapa rendahkah aku
di matamu? mengapa aku tak pernah merasa jadi orang yang berarti
untukmu? padahal jika aku mau, aku masih mampu berpaling, dan
memalingkan hatiku dengan hati yang lain… aku tak pernah habis pikir,
yang selalu aku banggakan, justru sepertinya tak pernah bangga
terhadapku…?
Harusnya jarak tak pernah menjadi benteng pemisah kasih sayang, di zaman semodern ini tak mampukah kamu menyisakan waktumu untukku lima menit saja? hanya untuk sekedar membunuh rindu yang selama ini hampir menggores nadiku, dan hanya untuk mengubur rasa curiga yang selama ini bersemayam di lubuk hatiku.
Tak henti… tak henti aku berfikir harus bagaimana mengubah kisah cinta kita agar berubah menjadi indah, seindah saat kita memulai perkenalan, saat itu aku merasa seluruh perhatianmu untukku, dan seiring waktu berlalu, semua itu pun membeku,
Kasih, dengarlah! di sela pikiranku yang sudah lelah dengan semuanya, aku masih berfikir dengan cara apa lagi aku menguatkan hatiku untuk bertahan. Karena sungguh… yang ku inginkan adalah kasih sayangmu, bukan berpisah darimu…
Dan hari ini, bulatan pensil warna merah telah berjumlah delapan angka di kalenderku, bulatan pertama, itu adalah tanggal pertama kali aku tak memperhatikanmu. Hari itu aku berhenti mengirimmu pesan berisi “saiiank bangun…! saiiank lagi apa? Saiiank udah makan? saiiank aku brangkat kerja dulu ya, klo udah pulang jangan lupa sms, solatnya jangan lupa ya, luph u” dan berjuta kata-kata lainnya.
Bulatan kedua sampai ke delapan adalah tanggal dimana aku tak memberimu kabar lagi dan sepertinya kamu baik-baik saja..? karena sejak pagi berganti siang, siang berganti senja dan senja berganti malam pun sepertinya kamu tetap tak peduli dengan ketiadaanku?… ketiadaan perhatianku dan ketiadaan kabarku…
Padahal ketika aku berhenti perduli kepadamu, itu bukan berarti aku benar-benar sudah tak perduli… tapi saat itu aku ingin kamu yang berbalik memperdulikanku… dan jika seperti itu caramu mencintaiku, sepertinya aku mulai sangat lelah
Andai saja ada toko penjual chargerheart, mungkin aku akan segera membelinya agar aku bisa mencintaimu berjuta tahun lagi, dan andai saja aku memiliki baling-baling bambu atau pintu kemana saja seperti doraemon, tempat pertama yang akan aku kunjungi adalah hatimu… karena aku ingin tahu… Adakah namaku terukir di hatimu? dan jika tidak ada, mungkin detik itu juga aku akan berhenti mencintaimu dan mengharapkanmu… “I wish u all the best without me!”
Dan besok, mungkin adalah hari terakhir aku membuat bulatan di kalenderku, karena besok adalah tanggal yang ditentukan dokter mengenai sisa hidupku, ini memang menyedihkan, aku melewati detik-detik terakhir sisa hidupku dengan kehampaan, tapi aku juga bahagia, karena jika besok adalah hari kematianku, aku tak kan melihat seseorang yang kucintai menangis dan kehilangan karena kepergian diriku.
Cerpen Karangan: Eni Kurnaeni
Facebook: Kenz Queen
saya berasal dari kota sumedang,
Harusnya jarak tak pernah menjadi benteng pemisah kasih sayang, di zaman semodern ini tak mampukah kamu menyisakan waktumu untukku lima menit saja? hanya untuk sekedar membunuh rindu yang selama ini hampir menggores nadiku, dan hanya untuk mengubur rasa curiga yang selama ini bersemayam di lubuk hatiku.
Tak henti… tak henti aku berfikir harus bagaimana mengubah kisah cinta kita agar berubah menjadi indah, seindah saat kita memulai perkenalan, saat itu aku merasa seluruh perhatianmu untukku, dan seiring waktu berlalu, semua itu pun membeku,
Kasih, dengarlah! di sela pikiranku yang sudah lelah dengan semuanya, aku masih berfikir dengan cara apa lagi aku menguatkan hatiku untuk bertahan. Karena sungguh… yang ku inginkan adalah kasih sayangmu, bukan berpisah darimu…
Dan hari ini, bulatan pensil warna merah telah berjumlah delapan angka di kalenderku, bulatan pertama, itu adalah tanggal pertama kali aku tak memperhatikanmu. Hari itu aku berhenti mengirimmu pesan berisi “saiiank bangun…! saiiank lagi apa? Saiiank udah makan? saiiank aku brangkat kerja dulu ya, klo udah pulang jangan lupa sms, solatnya jangan lupa ya, luph u” dan berjuta kata-kata lainnya.
Bulatan kedua sampai ke delapan adalah tanggal dimana aku tak memberimu kabar lagi dan sepertinya kamu baik-baik saja..? karena sejak pagi berganti siang, siang berganti senja dan senja berganti malam pun sepertinya kamu tetap tak peduli dengan ketiadaanku?… ketiadaan perhatianku dan ketiadaan kabarku…
Padahal ketika aku berhenti perduli kepadamu, itu bukan berarti aku benar-benar sudah tak perduli… tapi saat itu aku ingin kamu yang berbalik memperdulikanku… dan jika seperti itu caramu mencintaiku, sepertinya aku mulai sangat lelah
Andai saja ada toko penjual chargerheart, mungkin aku akan segera membelinya agar aku bisa mencintaimu berjuta tahun lagi, dan andai saja aku memiliki baling-baling bambu atau pintu kemana saja seperti doraemon, tempat pertama yang akan aku kunjungi adalah hatimu… karena aku ingin tahu… Adakah namaku terukir di hatimu? dan jika tidak ada, mungkin detik itu juga aku akan berhenti mencintaimu dan mengharapkanmu… “I wish u all the best without me!”
Dan besok, mungkin adalah hari terakhir aku membuat bulatan di kalenderku, karena besok adalah tanggal yang ditentukan dokter mengenai sisa hidupku, ini memang menyedihkan, aku melewati detik-detik terakhir sisa hidupku dengan kehampaan, tapi aku juga bahagia, karena jika besok adalah hari kematianku, aku tak kan melihat seseorang yang kucintai menangis dan kehilangan karena kepergian diriku.
Cerpen Karangan: Eni Kurnaeni
Facebook: Kenz Queen
saya berasal dari kota sumedang,
Ini merupakan cerita pendek karangan Eni Kurnaeni, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Eni Kurnaeni
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: September 10, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Galau, Cerpen Penantian
petualangan ke kebun strawberry karya Fatrekiesa Kartika Aranta
Perkenalkan namaku Zefanya Alizka yang akrab disapa Lizka.
Aku ini sedikit menjadi anak yang penakut dalam hal berpetualang, contoh
saat persami tahun lalu, aku berteriak melihat 2 kecoa yang dekat
sekali dengan kakiku saat aku tengah menyantap makanan mie instan yang
selalu kubawa jika berkemah, selain praktis lagipula nggak akan
memberatkan tasku yang berwarna pink ini. Teman-teman perempuanku
kebanyakan bertas berwarna gelap, entah mengapa mereka suka mengejekku
saat aku memakai tas pink. Kadang mereka mengatakan aku ini terlihat
cupu. Ah, tak usah dipikirkan.
Saat ini kami sedang berbincang-bincang untuk tugas membuat jus strawberry dengan banyak 10 liter.
Valika, Nafita, dan Zarika sedang membicarakan tugas tersebut.
Valika mengusulkan “bagaimana strawberry nya dibeli saja” usul Valika.
“Tidak mungkin dibeli dong, pasti harganya mahal” balas Zarika.
Nafita pun mengusulkan juga “Kalau ke kebun Strawberry?” usulnya.
Aku yang hanya duduk-duduk termenung pun merespons usulan Nafita. “Nah, ini benar sekali, ayo langsung saja ke kebun strawberry milik Bu Syila” ajakku.
“Oke” balas mereka bertiga serempak.
Kami berempat pun menuju kebun strawberry milik Bu Syila yang ada di dekat rumah Zarika. 20 menit kemudian. Kami beristirahat sejenak melepas haus. Lalu melanjutkan perjalanan. 10 menit kemudian kami sampai di tempat tujuan. Kita harus meminta izin dulu ke Bu Syila. Bu Syila mengizinkan sekali. Lalu kupetik strawberry yang sudah matang tersebut, hawa disini cukup dingin karena kami tinggal di pegunungan.
Tak lama aku pun berteriak melihat strawberry ukurannya sebesar kepalan tangan manusia. Serentak ketiga temanku tersebut menghampiriku. Ternyata hanya boneka strawberry saja. Pantas saja besar, Hihihi.
Kami melanjutkan memetik strawberry di kebun tersebut. Setelah terkumpul banyak kami timbang, dan beratnya itu 5 kilogram.
“Kurasa cukup” ujarku.
Tak lama kami pamit ke Bu Syila dan berterima kasih kepadanya.
Kami pun pulang dengan selamat. Kurasa ini adalah ‘Petualangan ke Kebun Strawberry’ paling mengasyikkan.
~ Tamat ~
Cerpen Karangan: Fatrekiesa Kartika Aranta
Blog: fatrekiesa-kartika.blogspot.com
Assalamualaikum…
Namaku Fatrekiesa Kartika, tepatnya tanggal 6 Agustus ini aku berulang tahun. Aku berumur 11 tahun. Sapa saja aku Tika.
Ini cerpenku yang keempat dari Tour ke Taman Safari (5SD), Namaku Nabila (6SD), Pohon Pepaya Navin (6SD). Dan ini Petualangan ke Kebun Strawberry (6SD)
Add : Fatrekiesa Kartika
Follow : @fatrekiesa2002
Wassalamualaikum…
Saat ini kami sedang berbincang-bincang untuk tugas membuat jus strawberry dengan banyak 10 liter.
Valika, Nafita, dan Zarika sedang membicarakan tugas tersebut.
Valika mengusulkan “bagaimana strawberry nya dibeli saja” usul Valika.
“Tidak mungkin dibeli dong, pasti harganya mahal” balas Zarika.
Nafita pun mengusulkan juga “Kalau ke kebun Strawberry?” usulnya.
Aku yang hanya duduk-duduk termenung pun merespons usulan Nafita. “Nah, ini benar sekali, ayo langsung saja ke kebun strawberry milik Bu Syila” ajakku.
“Oke” balas mereka bertiga serempak.
Kami berempat pun menuju kebun strawberry milik Bu Syila yang ada di dekat rumah Zarika. 20 menit kemudian. Kami beristirahat sejenak melepas haus. Lalu melanjutkan perjalanan. 10 menit kemudian kami sampai di tempat tujuan. Kita harus meminta izin dulu ke Bu Syila. Bu Syila mengizinkan sekali. Lalu kupetik strawberry yang sudah matang tersebut, hawa disini cukup dingin karena kami tinggal di pegunungan.
Tak lama aku pun berteriak melihat strawberry ukurannya sebesar kepalan tangan manusia. Serentak ketiga temanku tersebut menghampiriku. Ternyata hanya boneka strawberry saja. Pantas saja besar, Hihihi.
Kami melanjutkan memetik strawberry di kebun tersebut. Setelah terkumpul banyak kami timbang, dan beratnya itu 5 kilogram.
“Kurasa cukup” ujarku.
Tak lama kami pamit ke Bu Syila dan berterima kasih kepadanya.
Kami pun pulang dengan selamat. Kurasa ini adalah ‘Petualangan ke Kebun Strawberry’ paling mengasyikkan.
~ Tamat ~
Cerpen Karangan: Fatrekiesa Kartika Aranta
Blog: fatrekiesa-kartika.blogspot.com
Assalamualaikum…
Namaku Fatrekiesa Kartika, tepatnya tanggal 6 Agustus ini aku berulang tahun. Aku berumur 11 tahun. Sapa saja aku Tika.
Ini cerpenku yang keempat dari Tour ke Taman Safari (5SD), Namaku Nabila (6SD), Pohon Pepaya Navin (6SD). Dan ini Petualangan ke Kebun Strawberry (6SD)
Add : Fatrekiesa Kartika
Follow : @fatrekiesa2002
Wassalamualaikum…
Ini merupakan cerita pendek karangan Fatrekiesa Kartika Aranta, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Fatrekiesa Kartika Aranta
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: September 2, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Anak, Cerpen Petualangan
dia.. dia.. dia.. karya Adhinta Atharrya
22 Agustus 2011…
Fiuuuh… darahku seperti tersedot naik ke ubun-ubun. Seluruh syarafku kaku tak bisa kugerakkan. Aku terpaku. Menatapnya yang sedang berdiri 8 meter di depanku. Di seberang jalan.
Ada perasaan yang membuat jantung ini berdegup lebih kuat saat melihatnya. Ada senyuman yang merekah saat memandangnya. Walau semua itu hanya terjadi dalam detik-detik yang kurasakan sangat cepat berlalu.
Tiba-tiba aku merasa kedinginan. Padahal jam di tanganku menunjukkan pukul 12:32 p.m. Matahari sangat terik menyinari di atas kepalaku. Tapi, aku malah berkeringat dingin. Aku merasa seperti dihujani pecahan-pecahan es tepat di kepalaku. Apa semua ini juga termasuk efek karena menatap, Dia..?
12 September 2011…
Jam sudah menunjukkan pukul 14:07 p.m tapi kenapa Dia belum juga terlihat?. Ini baru saja Senin ke-4 ku. Lalu Dia tiba-tiba menghilang. Kemana Dia…?.
Sejak 4 minggu yang lalu, aku memiliki kegiatan rutin yang harus dikerjakan. Aku harus menunggu Dia. Menunggu hanya untuk melihat Dia keluar dari gerbang sekolahnya hingga menuju seberang jalan, lalu Dia akan menghilang di belokan gang ke-3 dari jalan ini. Hanya itu. Dan setiap Senin pukul 11:15 a.m, aku sudah harus ada di pinggir jalan depan sekolahnya. Kalau tidak, maka aku tidak akan melihat senyumnya saat bercanda dengan teman-temannya, tidak akan melihat paras yang mempesona itu dan tidak akan merasakan desiran aneh tiap aku bersitatap dengannya.
Huffft… sudah 20 menit dan Dia belum juga muncul. Aku berusaha memfokuskan pandangan pada gerbang sekolahnya. Tapi, tak bisa. Aku mulai lelah. Terik matahari mulai membuatku gerah. Lalu, aku putuskan aku akan menunggunya hingga pukul 15:00 p.m. jika Dia belum tampak juga, dengan berat hati aku akan meninggalkan tempatku dengan rasa kecewa yang sangat penuh di hatiku.
Baru saja pikiran itu terbentuk di otakku, jantungku sudah berpacu dengan cepat. Tak kurasakan lagi lelah maupun gerah. Karena detik itu juga, mataku menangkap wajah yang dari tadi aku tunggu-tunggu. Senyumku sudah mulai merekah dan kemudian langsung layu ketika melihat Dia tak sendiri. Di sampingya berdiri seorang gadis cantik yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Mereka berpegangan tangan dengan erat ketika menyeberang jalan. Dan mereka cocok. Mereka serasi. Begitu pantas untuk bersandingan. Aku cemburu. Kubiarkan mereka hilang di belokan, lalu aku berjalan pergi meninggalkan tempat itu dengan hati yang terluka.
14 November 2011…
Kata orang, angka 13 adalah angka keberuntungan. Hari ini adalah Senin ke-13 ku. Semoga ini hari keberuntunganku. 9 minggu yang lalu, aku memang sakit hati melihatnya dengan orang lain. Namun, sakit hati itu berangsur-angsur membaik. Karena minggu-minggu berikutnya, gadis cantik itu tiada di sampingnya.
Hmmm… seperti biasa, 12:20 p.m aku telah duduk manis di sebuah bangku yang ada di pinggir jalan depan sekolahnya. Menunggu pak satpam membuka pintu gerbang. Menunggu wajahnya muncul di antara gerombolan-geombolan anak sekolah lainnya.
Sepuluh menit berlalu. Pak satpam membuka pintu gerbang yang langsung kusambut dengan wajah ceria. Beberapa gerombol anak keluar sambil bercanda tawa. Selang beberapa menit kemudian, kulihat wajahnya muncul di antara kerumunan.
Desiran aneh itu kembali muncul, bahkan sekarang lebih kuat dari sebelum-sebelumnya. Jantungku yang telah berdegup lebih keras, kini berdegup lebih keras lagi. Dingin itu makin menusukku. Kenapa ya?.
Saking fokusnya aku melihatnya, hingga aku tak menyadari seorang gadis telah berdiri di hadapanku dengan senyum merona. Dan aku langsung mengenalinya! Dia adalah gadis cantik yang pernah bersama DIA. Sebelum aku sempat berkata apapun. Dia telah berucap, “Mbak, ini surat dari kakakku.” Sambil menunjuk ke arah Dia yang mulai menyeberang. Kini jelaslah hubungan mereka selama ini, hanya kakak-beradik.
Aku membuka surat itu dengan nafas tertahan. Hanya berisi tak lebih dari 3 kata, “Hei”. Hanya itu. Gadis itu telah pergi bersama Dia, membiarkanku terhanyut dalam perasaan yang tak bisa terjelaskan dengan kata-kata. Oh, tidak. Ck, ck, ck.. Dia, Dia, Dia…
# THE END #
Cerpen Karangan: Adhinta Atharryaa
Facebook: Skill Deathly Affection
Fiuuuh… darahku seperti tersedot naik ke ubun-ubun. Seluruh syarafku kaku tak bisa kugerakkan. Aku terpaku. Menatapnya yang sedang berdiri 8 meter di depanku. Di seberang jalan.
Ada perasaan yang membuat jantung ini berdegup lebih kuat saat melihatnya. Ada senyuman yang merekah saat memandangnya. Walau semua itu hanya terjadi dalam detik-detik yang kurasakan sangat cepat berlalu.
Tiba-tiba aku merasa kedinginan. Padahal jam di tanganku menunjukkan pukul 12:32 p.m. Matahari sangat terik menyinari di atas kepalaku. Tapi, aku malah berkeringat dingin. Aku merasa seperti dihujani pecahan-pecahan es tepat di kepalaku. Apa semua ini juga termasuk efek karena menatap, Dia..?
12 September 2011…
Jam sudah menunjukkan pukul 14:07 p.m tapi kenapa Dia belum juga terlihat?. Ini baru saja Senin ke-4 ku. Lalu Dia tiba-tiba menghilang. Kemana Dia…?.
Sejak 4 minggu yang lalu, aku memiliki kegiatan rutin yang harus dikerjakan. Aku harus menunggu Dia. Menunggu hanya untuk melihat Dia keluar dari gerbang sekolahnya hingga menuju seberang jalan, lalu Dia akan menghilang di belokan gang ke-3 dari jalan ini. Hanya itu. Dan setiap Senin pukul 11:15 a.m, aku sudah harus ada di pinggir jalan depan sekolahnya. Kalau tidak, maka aku tidak akan melihat senyumnya saat bercanda dengan teman-temannya, tidak akan melihat paras yang mempesona itu dan tidak akan merasakan desiran aneh tiap aku bersitatap dengannya.
Huffft… sudah 20 menit dan Dia belum juga muncul. Aku berusaha memfokuskan pandangan pada gerbang sekolahnya. Tapi, tak bisa. Aku mulai lelah. Terik matahari mulai membuatku gerah. Lalu, aku putuskan aku akan menunggunya hingga pukul 15:00 p.m. jika Dia belum tampak juga, dengan berat hati aku akan meninggalkan tempatku dengan rasa kecewa yang sangat penuh di hatiku.
Baru saja pikiran itu terbentuk di otakku, jantungku sudah berpacu dengan cepat. Tak kurasakan lagi lelah maupun gerah. Karena detik itu juga, mataku menangkap wajah yang dari tadi aku tunggu-tunggu. Senyumku sudah mulai merekah dan kemudian langsung layu ketika melihat Dia tak sendiri. Di sampingya berdiri seorang gadis cantik yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Mereka berpegangan tangan dengan erat ketika menyeberang jalan. Dan mereka cocok. Mereka serasi. Begitu pantas untuk bersandingan. Aku cemburu. Kubiarkan mereka hilang di belokan, lalu aku berjalan pergi meninggalkan tempat itu dengan hati yang terluka.
14 November 2011…
Kata orang, angka 13 adalah angka keberuntungan. Hari ini adalah Senin ke-13 ku. Semoga ini hari keberuntunganku. 9 minggu yang lalu, aku memang sakit hati melihatnya dengan orang lain. Namun, sakit hati itu berangsur-angsur membaik. Karena minggu-minggu berikutnya, gadis cantik itu tiada di sampingnya.
Hmmm… seperti biasa, 12:20 p.m aku telah duduk manis di sebuah bangku yang ada di pinggir jalan depan sekolahnya. Menunggu pak satpam membuka pintu gerbang. Menunggu wajahnya muncul di antara gerombolan-geombolan anak sekolah lainnya.
Sepuluh menit berlalu. Pak satpam membuka pintu gerbang yang langsung kusambut dengan wajah ceria. Beberapa gerombol anak keluar sambil bercanda tawa. Selang beberapa menit kemudian, kulihat wajahnya muncul di antara kerumunan.
Desiran aneh itu kembali muncul, bahkan sekarang lebih kuat dari sebelum-sebelumnya. Jantungku yang telah berdegup lebih keras, kini berdegup lebih keras lagi. Dingin itu makin menusukku. Kenapa ya?.
Saking fokusnya aku melihatnya, hingga aku tak menyadari seorang gadis telah berdiri di hadapanku dengan senyum merona. Dan aku langsung mengenalinya! Dia adalah gadis cantik yang pernah bersama DIA. Sebelum aku sempat berkata apapun. Dia telah berucap, “Mbak, ini surat dari kakakku.” Sambil menunjuk ke arah Dia yang mulai menyeberang. Kini jelaslah hubungan mereka selama ini, hanya kakak-beradik.
Aku membuka surat itu dengan nafas tertahan. Hanya berisi tak lebih dari 3 kata, “Hei”. Hanya itu. Gadis itu telah pergi bersama Dia, membiarkanku terhanyut dalam perasaan yang tak bisa terjelaskan dengan kata-kata. Oh, tidak. Ck, ck, ck.. Dia, Dia, Dia…
# THE END #
Cerpen Karangan: Adhinta Atharryaa
Facebook: Skill Deathly Affection
Ini merupakan cerita pendek karangan Adhinta Atharrya, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Adhinta Atharrya
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: September 5, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Remaja, Cerpen Romantis
Selasa, 10 September 2013
nyata dihatiku-karya Sherly Yulvickhe Sompa
“Stella…” Suara itu membangunkanku dari mimpiku yang begitu
indah. Aku meregangkan tubuhku sejenak dan kulihat orang yang sedang
memanggilku. Astaga betapa kagetnya aku setelah melihat orang yang ada
di depanku. Pak Edgar menatapku geram, rasanya aku ingin ditelannya
bulat-bulat. “Dari sepuluh pertemuan di kelas, hanya dua kali kamu tak
tertidur. Sekarang kamu saya berikan tugas membuat artikel dengan judul
bebas tapi harus berkaitan dengan pemerintahan atau hukum”. Aku diam
menatapnya, dan kujawab dengan anggukan kecil. Pak edgar tak pernah
tepat kalau memberikan tugas, aku kan sangat suka membuat artikel. Jadi
aku happy-happy aja diberikan tugas begituan.
Aku seorang mahasiswa semester pertama di Universitas swasta di Bogor. Aku bernama Stella, namun teman-teman punya istilah khusus untuk diriku yaitu minus delapan (-8). Semua istilah itu muncul karena 1. Aku memakai kacamata -3, 2. Suka bolos (-1), 3. Sering tidur di kelas (-1), 4. Plin-plan (-1), 5. Sering telat (-1), dan 6. Yang terakhir ceroboh (-1).
Aku duduk di depan laptopku sambil memikirkan tugas artikel tadi, aku bingung harus mengangkat persoalan apa. Tadi di sekolah aku sudah tanya-tanya pada teman-teman yang paling jago biin artikel. Ada yang bilang tentang kasus suap, korupsilah, yang makan gaji butalah, pemerintah yang banyak ngomonglah, yang cuman janji doanglah, duh otakku mulai bingung. Mulailah sifatku yang plin-plan dalam memilih sesuatu. Sudah ngetik setengah tentang korupsi, eh malah pengen bikin yang lain. Aduh pusing, dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk di depan TV dan menonton berita sampai aku tertidur di sofa.
Saat aku bangun, aku memikirkan mimpiku tadi. Sudah beberapa kali seorang laki-laki datang padaku dan bilang kalau dia menyayangiku. Dan saat mataku berpapasan dengan jam dinding di ruang itu, aku kaget. Sudah jam 07.00 malam, harusnya sekarang aku menjemput kakakku chery di rumah tante meita. Sesegera mungkin aku mengemudi mobilku ke rumah tante. Biasannya chery ngambek kalau aku telat menjemputnya, aku heran mengapa aku yang adik yang harus menjemputnya. Maklum anak manja. Saat dalam perjalanan aku melihat seekor kelinci di pinggir jalan. Saat aku berhenti hendak ingin mengambil kelinci tersebut, kudengar seseorang memanggil. Ternyata dia pemilik kelincinya. Dia menatapku, awalnya aku sangat takut. Tapi akhirnya ia menjulurkan tangannya ingin berkenalan.
Aku melanjutkan perjalananku dan memikirkan laki-laki tadi. Kini aku tau bahwa dia adalah orang yang selalu muncul di mimpiku. Setelah menjemput kakakku, ternyata dia benar-benar ngambek. Huh bikin repot aja batinku. Aku sampai di rumah pukul 09.00 malam, karena tadi tante meita mengajakku makan dulu. Setelah sampai di rumah akupun ta melewatkan bercerita dengan mama dan berantem dengan chery.
Aku baru ingat punya tugas membuat artikel setelah jam 11.30 malam, aku buru-buru dengan artikelku. Kini otakku menjadi encer. Aku membuat artikel yang isinya tentang “Harga BBM boleh-boleh saja naik, yang penting tujuannya benar-benar untuk kesejahteraan”. Tak sampai satu jam artikelku selesai, dan aku tertidur di atas laptopku yang masih menyala.
Besok harinya saat aku ingin mencetak artikel tersebut, aku heran karena artikel yang kuketik tadi malam hilang. Mungkin aku tak menyimpannya semalam, atau aku telah menghapusnya tanpa sadar. Tiga puluh menit lagi aku sudah harus ada di kelas. Aku tak mau ambil pusing, cepat-cepat aku berangkat ke kampus. Namun sayangnya aku telat lagi, aku berlari dan buuuk. Aku menabrak seseorang aku terjatuh dan melihat orang yang ada di depanku adalah orang yang tadi malam bertemu denganku di jalan. Namanya Vino, dia tersenyum dan membantuku berdiri. Kemudian tanpa sepatah katapun dia meninggalkanku. Saat aku hendak pergi, aku menginjak sesuatu. Sepertinya ini adalah tugas yang dia jatuhkan. Aku mencarinya sampai ke sudut-sudut kampus, tapi aku tak menemukannya. Aku isin di mata kuliah pertama hari ini. Saat putus asa mencari sosok vino di segala tempat, akhirnya aku membawa tugas tersebut masuk ke kelas. Akhirnya dosen yang memberiku tugas kemarin masuk, brigita dipintanya untuk mengumpulkan tugas. Sesaat aku menoleh ke belakang ke arah sinta yang memanggilku, ternyata tugas vino telah dikumpul oleh brigita. Aku panik, tapi apa boleh buat. Semua tugas yang telah dikumpulkan tak pernah bisa diambil kembali. Ugggh sial, geramku dalam hati.
Sudah sebulan sejak insiden aku menabrak vino waktu itu, aku tak pernah melihatnya di kampus. Aku kira dia mahasiswa di kampusku. Sore ini aku pergi jalan-jalan dengan chery di mall. Biasalah, penyakit gila belanjanya chery lagi kumat. Sudah empat jam berjalan-jalan dengan chery, akhirnya dia mengajakku pulang. Saat hendak ke parkiran, aku melihat sosok vino melambaikan tangan padaku. Aku dan chery saling bertatapan. Dia menghampiri kami berdua. Aku berbincang-bincang sedikit dengannya. Aku mendapat nomor teleponnya dan foto untuk kontaknya di hp ku. Tapi aku bingung, kenapa fotonya harus yang seperti jaman dulu, mungkin diedit kali (batinku).
Akhirnya aku sering bertemu dan jalan dengannya. Dia sering membantuku mengejarkan tugas di rumah. Aku sangat ingin mengenalkannya pada mama, tapi mama selalu sibuk. Dia membuatku menghilangkan satu per satu minus dalam hidupku. Aku jadi jarang bolos, aku sering buat tugas, dia juga memberikanku tips agar tak pernah tertidur lagi selama mata pelajaran dimulai, dan dia bersedia membangunkanku tiap pagi. Tapi minus yang ada di kacamataku ini tak akan pernah kuhilangkan. Karena inilah aku, stella dan -3nya. Vino juga bilang aku lebih cantik dengan kacamataku.
Semakin lama kebersamaanku dengan vino, aku merasa sangat menyayanginya. Aku sangat merindukannya sekarang, karena sudah seminggu lebih aku tak pernah melihatnya di kampus dan tak pernah datang di rumah. Aku terpikir untuk mencari alamatnya ke tata usaha kampus. Aku memberi tau nama lengkap dan jurusannya. Kemudian tata usaha bertanya padaku, “Ayahnya ya? kenapa nyarinya harus kesini? Tanya langsung aja kan bisa”. Aku menggaruk kepalaku bukan karena gatal tapi karena bingung. “Maksudnya? Dia kan temen saya pak”. “masa kamu temenan sama om-om”. “wah bapak ngotot nih, coba saya liat sendiri aja”. Aku meneliti detail-detail tentang vino, aku kaget bukan kepalang. Tahun lahirnya sama dengan ibuku, tahun 1971. Dia juga sudah selesai kuliah beberapa tahun silam. Fotonya juga sama dengan foto yang dia berikan padaku waktu itu.
Aku berjalan menyusuri koridor kampus dengan lesu. Aku semakin bingung, nomor vino yang dari tadi kuhubungi tak juga aktif. Begitu banyak kata mungkin yang masuk di dalam pikiranku. Sudah pukul 06.00 petang, aku masih juga memikirkan tentang hal itu. Samar-samar kulihat sosok laki-laki bertubuh tegap menghampiriku dan kemudian memelukku erat. Aku hanya terdiam dan sebelum aku mengeluarkan suara, laki-laki itu sudah pergi meninggalkanku. Kemudian aku mengejarnya. “vino.. vino.. vino, jangan ninggalin aku sebelum kamu menjelaskan semuanya. Vino…” tangisku semakin pecah di tengah hujan yang semakin deras. Bayang laki-laki itu semakin menghilang dari penglihatanku, kemudian aku tak sadarkan diri.
Setelah aku sadarkan diri, kulihat ibu tertidur di samping tempat tidur rumah sakit dengan posisi duduk, dan chery tidur di sofa. Aku memegang tangan mama. Dia bangun dan langsung mencium pipiku “kamu sudah sadar sayang?”. Kujawab dengan anggukan karena mulutku masih sangat lelah untuk mengeluarkan suara. “minum dulu sayang?”. “kenapa kamu tadi hujan-hujanan? Penyakit asma kamu kambuh, untung ada kak chery lewat kampus kamu”. Aku hanya tertunduk lesu. Dan rasa penasaran bersama jengkel bercampur menjadi satu, ditambah lagi dadaku yang sesak. Tega-teganya vino pergi tanpa menjelaskan segala kekeliruan yang ia ciptakan. Kemudian aku hanya bisa meratapi nasibku yang malang ini.
Setahun berlalu setelah kejadian aku ditinggalkan waktu itu. Aku duduk di ruang tamu hari minggu, pagi-pagi pula. Sekarang aku tak lagi minus delapan seperti yang lalu. Karena empat bulan yang lalu aku menjalani operasi mata, jadi aku sudah melepas kacamataku sekarang. Aku menatap kembali foto Vino yang ada di handphoneku, dan tiba-tiba mama datang dari belakang dan merampas handphoneku itu. Mama kaget dan pingsan. Apa-apaan nih mama. Setelah ibu sadar, mama bertanya dari mana aku mendapat foto tersebut. Aku menjawab seadanya seperti yang sebenarnya, dan mama menangis. Mama menjelaskan bahwa vino yang kusebut sebagai temanku itu adalah ayah chery. Ayah chery tak pernah menikah dengan mama, karena telah dijodohkan dengan papa. Dan akhirnya dia bunuh diri. Aku bingung, kalau vino adalah ayah chery, kenapa aku yang ia ganggu. Berarti orang yang selama ini dekat denganku adalah hantu. Kenapa aku gak pernah perhatiin kakinya nyampe tanah atau gak ya. Terus bukannya kalau hantu gak bisa dilihat bareng-bareng? Kenapa aku dan chery bisa melihatnya sama-sama? Hah… bingung!. Tapi ya sudahlah… semuanya gak akan bisa terulang kembali.
Hari ini aku ke kampus dengan perasaan bahagia, karena semalam aku bertemu vino tapi hanya dalam mimpi. Vino bilang dia sangat menyayangiku sama seperti menyayangi chery anaknya. Dia melihat segala yang ada pada mama ada juga pada diriku, jadi dia ingin membuatku menjadi wanita yang baik juga seperti mama. Dan aku bergumam dalam hati, “kamu berhasil vino”. Aku melenggang ke kelas yang kudapati ada sekitar sepuluh orang di dalam yang sibuk dengan pekerjaan dan gosip masing-masing. Aku juga masih sibuk dengan laptopku. Kemudian dosen menjengkelkan masuk disusul beberapa mahasiswa lainnya. Sudah hampir tiga puluh menit pak edgar menjelaskan materi, seseorang tiba-tiba saja masuk. “siang pak, maaf telat”. “kamu ya yang katanya pindahan dari jakarta?”. “iya pak”. “baru hari pertama sudah telat, udah cukup si stella minus delapan yang udah berubah. Kamu mau minus berapa lagi? Duduk sana”. Dia duduk di belakangku, saat melihatnya aku merasa wajahnya sangat familiar. Dia seperti chery. Aku melihat ke belakang, dan dia tersenyum melambaikan tangannya padaku. Ya ampun mirip vino. Mungkin dia yang Tuhan kirimkan untuk menggantikan vino. Harus hati-hati nih, siapa tau dia juga hantu. Sepertinya aku akan dekat dengannya, ya Tuhan mudah-mudahan dia bukan hantu ya agar aku mendapat kesempatan untuk mencintai orang yang mirip mantan mama.
Cerpen Karangan: Sherly Yulvickhe Sompa
Facebook: Sherly Yulvickhe Sompa
Aku seorang mahasiswa semester pertama di Universitas swasta di Bogor. Aku bernama Stella, namun teman-teman punya istilah khusus untuk diriku yaitu minus delapan (-8). Semua istilah itu muncul karena 1. Aku memakai kacamata -3, 2. Suka bolos (-1), 3. Sering tidur di kelas (-1), 4. Plin-plan (-1), 5. Sering telat (-1), dan 6. Yang terakhir ceroboh (-1).
Aku duduk di depan laptopku sambil memikirkan tugas artikel tadi, aku bingung harus mengangkat persoalan apa. Tadi di sekolah aku sudah tanya-tanya pada teman-teman yang paling jago biin artikel. Ada yang bilang tentang kasus suap, korupsilah, yang makan gaji butalah, pemerintah yang banyak ngomonglah, yang cuman janji doanglah, duh otakku mulai bingung. Mulailah sifatku yang plin-plan dalam memilih sesuatu. Sudah ngetik setengah tentang korupsi, eh malah pengen bikin yang lain. Aduh pusing, dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk di depan TV dan menonton berita sampai aku tertidur di sofa.
Saat aku bangun, aku memikirkan mimpiku tadi. Sudah beberapa kali seorang laki-laki datang padaku dan bilang kalau dia menyayangiku. Dan saat mataku berpapasan dengan jam dinding di ruang itu, aku kaget. Sudah jam 07.00 malam, harusnya sekarang aku menjemput kakakku chery di rumah tante meita. Sesegera mungkin aku mengemudi mobilku ke rumah tante. Biasannya chery ngambek kalau aku telat menjemputnya, aku heran mengapa aku yang adik yang harus menjemputnya. Maklum anak manja. Saat dalam perjalanan aku melihat seekor kelinci di pinggir jalan. Saat aku berhenti hendak ingin mengambil kelinci tersebut, kudengar seseorang memanggil. Ternyata dia pemilik kelincinya. Dia menatapku, awalnya aku sangat takut. Tapi akhirnya ia menjulurkan tangannya ingin berkenalan.
Aku melanjutkan perjalananku dan memikirkan laki-laki tadi. Kini aku tau bahwa dia adalah orang yang selalu muncul di mimpiku. Setelah menjemput kakakku, ternyata dia benar-benar ngambek. Huh bikin repot aja batinku. Aku sampai di rumah pukul 09.00 malam, karena tadi tante meita mengajakku makan dulu. Setelah sampai di rumah akupun ta melewatkan bercerita dengan mama dan berantem dengan chery.
Aku baru ingat punya tugas membuat artikel setelah jam 11.30 malam, aku buru-buru dengan artikelku. Kini otakku menjadi encer. Aku membuat artikel yang isinya tentang “Harga BBM boleh-boleh saja naik, yang penting tujuannya benar-benar untuk kesejahteraan”. Tak sampai satu jam artikelku selesai, dan aku tertidur di atas laptopku yang masih menyala.
Besok harinya saat aku ingin mencetak artikel tersebut, aku heran karena artikel yang kuketik tadi malam hilang. Mungkin aku tak menyimpannya semalam, atau aku telah menghapusnya tanpa sadar. Tiga puluh menit lagi aku sudah harus ada di kelas. Aku tak mau ambil pusing, cepat-cepat aku berangkat ke kampus. Namun sayangnya aku telat lagi, aku berlari dan buuuk. Aku menabrak seseorang aku terjatuh dan melihat orang yang ada di depanku adalah orang yang tadi malam bertemu denganku di jalan. Namanya Vino, dia tersenyum dan membantuku berdiri. Kemudian tanpa sepatah katapun dia meninggalkanku. Saat aku hendak pergi, aku menginjak sesuatu. Sepertinya ini adalah tugas yang dia jatuhkan. Aku mencarinya sampai ke sudut-sudut kampus, tapi aku tak menemukannya. Aku isin di mata kuliah pertama hari ini. Saat putus asa mencari sosok vino di segala tempat, akhirnya aku membawa tugas tersebut masuk ke kelas. Akhirnya dosen yang memberiku tugas kemarin masuk, brigita dipintanya untuk mengumpulkan tugas. Sesaat aku menoleh ke belakang ke arah sinta yang memanggilku, ternyata tugas vino telah dikumpul oleh brigita. Aku panik, tapi apa boleh buat. Semua tugas yang telah dikumpulkan tak pernah bisa diambil kembali. Ugggh sial, geramku dalam hati.
Sudah sebulan sejak insiden aku menabrak vino waktu itu, aku tak pernah melihatnya di kampus. Aku kira dia mahasiswa di kampusku. Sore ini aku pergi jalan-jalan dengan chery di mall. Biasalah, penyakit gila belanjanya chery lagi kumat. Sudah empat jam berjalan-jalan dengan chery, akhirnya dia mengajakku pulang. Saat hendak ke parkiran, aku melihat sosok vino melambaikan tangan padaku. Aku dan chery saling bertatapan. Dia menghampiri kami berdua. Aku berbincang-bincang sedikit dengannya. Aku mendapat nomor teleponnya dan foto untuk kontaknya di hp ku. Tapi aku bingung, kenapa fotonya harus yang seperti jaman dulu, mungkin diedit kali (batinku).
Akhirnya aku sering bertemu dan jalan dengannya. Dia sering membantuku mengejarkan tugas di rumah. Aku sangat ingin mengenalkannya pada mama, tapi mama selalu sibuk. Dia membuatku menghilangkan satu per satu minus dalam hidupku. Aku jadi jarang bolos, aku sering buat tugas, dia juga memberikanku tips agar tak pernah tertidur lagi selama mata pelajaran dimulai, dan dia bersedia membangunkanku tiap pagi. Tapi minus yang ada di kacamataku ini tak akan pernah kuhilangkan. Karena inilah aku, stella dan -3nya. Vino juga bilang aku lebih cantik dengan kacamataku.
Semakin lama kebersamaanku dengan vino, aku merasa sangat menyayanginya. Aku sangat merindukannya sekarang, karena sudah seminggu lebih aku tak pernah melihatnya di kampus dan tak pernah datang di rumah. Aku terpikir untuk mencari alamatnya ke tata usaha kampus. Aku memberi tau nama lengkap dan jurusannya. Kemudian tata usaha bertanya padaku, “Ayahnya ya? kenapa nyarinya harus kesini? Tanya langsung aja kan bisa”. Aku menggaruk kepalaku bukan karena gatal tapi karena bingung. “Maksudnya? Dia kan temen saya pak”. “masa kamu temenan sama om-om”. “wah bapak ngotot nih, coba saya liat sendiri aja”. Aku meneliti detail-detail tentang vino, aku kaget bukan kepalang. Tahun lahirnya sama dengan ibuku, tahun 1971. Dia juga sudah selesai kuliah beberapa tahun silam. Fotonya juga sama dengan foto yang dia berikan padaku waktu itu.
Aku berjalan menyusuri koridor kampus dengan lesu. Aku semakin bingung, nomor vino yang dari tadi kuhubungi tak juga aktif. Begitu banyak kata mungkin yang masuk di dalam pikiranku. Sudah pukul 06.00 petang, aku masih juga memikirkan tentang hal itu. Samar-samar kulihat sosok laki-laki bertubuh tegap menghampiriku dan kemudian memelukku erat. Aku hanya terdiam dan sebelum aku mengeluarkan suara, laki-laki itu sudah pergi meninggalkanku. Kemudian aku mengejarnya. “vino.. vino.. vino, jangan ninggalin aku sebelum kamu menjelaskan semuanya. Vino…” tangisku semakin pecah di tengah hujan yang semakin deras. Bayang laki-laki itu semakin menghilang dari penglihatanku, kemudian aku tak sadarkan diri.
Setelah aku sadarkan diri, kulihat ibu tertidur di samping tempat tidur rumah sakit dengan posisi duduk, dan chery tidur di sofa. Aku memegang tangan mama. Dia bangun dan langsung mencium pipiku “kamu sudah sadar sayang?”. Kujawab dengan anggukan karena mulutku masih sangat lelah untuk mengeluarkan suara. “minum dulu sayang?”. “kenapa kamu tadi hujan-hujanan? Penyakit asma kamu kambuh, untung ada kak chery lewat kampus kamu”. Aku hanya tertunduk lesu. Dan rasa penasaran bersama jengkel bercampur menjadi satu, ditambah lagi dadaku yang sesak. Tega-teganya vino pergi tanpa menjelaskan segala kekeliruan yang ia ciptakan. Kemudian aku hanya bisa meratapi nasibku yang malang ini.
Setahun berlalu setelah kejadian aku ditinggalkan waktu itu. Aku duduk di ruang tamu hari minggu, pagi-pagi pula. Sekarang aku tak lagi minus delapan seperti yang lalu. Karena empat bulan yang lalu aku menjalani operasi mata, jadi aku sudah melepas kacamataku sekarang. Aku menatap kembali foto Vino yang ada di handphoneku, dan tiba-tiba mama datang dari belakang dan merampas handphoneku itu. Mama kaget dan pingsan. Apa-apaan nih mama. Setelah ibu sadar, mama bertanya dari mana aku mendapat foto tersebut. Aku menjawab seadanya seperti yang sebenarnya, dan mama menangis. Mama menjelaskan bahwa vino yang kusebut sebagai temanku itu adalah ayah chery. Ayah chery tak pernah menikah dengan mama, karena telah dijodohkan dengan papa. Dan akhirnya dia bunuh diri. Aku bingung, kalau vino adalah ayah chery, kenapa aku yang ia ganggu. Berarti orang yang selama ini dekat denganku adalah hantu. Kenapa aku gak pernah perhatiin kakinya nyampe tanah atau gak ya. Terus bukannya kalau hantu gak bisa dilihat bareng-bareng? Kenapa aku dan chery bisa melihatnya sama-sama? Hah… bingung!. Tapi ya sudahlah… semuanya gak akan bisa terulang kembali.
Hari ini aku ke kampus dengan perasaan bahagia, karena semalam aku bertemu vino tapi hanya dalam mimpi. Vino bilang dia sangat menyayangiku sama seperti menyayangi chery anaknya. Dia melihat segala yang ada pada mama ada juga pada diriku, jadi dia ingin membuatku menjadi wanita yang baik juga seperti mama. Dan aku bergumam dalam hati, “kamu berhasil vino”. Aku melenggang ke kelas yang kudapati ada sekitar sepuluh orang di dalam yang sibuk dengan pekerjaan dan gosip masing-masing. Aku juga masih sibuk dengan laptopku. Kemudian dosen menjengkelkan masuk disusul beberapa mahasiswa lainnya. Sudah hampir tiga puluh menit pak edgar menjelaskan materi, seseorang tiba-tiba saja masuk. “siang pak, maaf telat”. “kamu ya yang katanya pindahan dari jakarta?”. “iya pak”. “baru hari pertama sudah telat, udah cukup si stella minus delapan yang udah berubah. Kamu mau minus berapa lagi? Duduk sana”. Dia duduk di belakangku, saat melihatnya aku merasa wajahnya sangat familiar. Dia seperti chery. Aku melihat ke belakang, dan dia tersenyum melambaikan tangannya padaku. Ya ampun mirip vino. Mungkin dia yang Tuhan kirimkan untuk menggantikan vino. Harus hati-hati nih, siapa tau dia juga hantu. Sepertinya aku akan dekat dengannya, ya Tuhan mudah-mudahan dia bukan hantu ya agar aku mendapat kesempatan untuk mencintai orang yang mirip mantan mama.
Cerpen Karangan: Sherly Yulvickhe Sompa
Facebook: Sherly Yulvickhe Sompa
Ini merupakan cerita pendek karangan Sherly Yulvickhe Sompa, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Sherly Yulvickhe Sompa
untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis yang telah di
terbitkan di cerpenmu, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen
Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini lolos moderasi pada: August 7, 2013
Masuk ke dalam kategori Cerpen Cinta, Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Horor (Hantu)
Langganan:
Postingan (Atom)