Selasa, 10 September 2013

hikmah dibalik musibah-karya angga dwi saputra

Sabtu, 20 Juli 2013 seperti biasanya aku bangun pagi karena akan berangkat bekerja. Tapi hari itu lain dari biasanya, aku lebih bersemangat untuk bangun pagi. Rasanya ingin cepat-cepat sampai di tempat kerja, entah apa yang membuatku bersemangat pagi itu. Setelah bersiap-siap aku segera pamit kepada kedua orang tuaku dan dan seperti biasanya juga orang tuaku selalu mengingatkanku untuk perbanyak membaca sholawat ketika bekerja dan akupun langsung berangkat.
Sesampainya di tempat kerja, aku melihat suasana yang berbeda. Semua orang terlihat bahagia karena selain bulan ramadhan, hari itu juga adalah hari sabtu yang kerjanya hanya setengah hari. Tepat jam 08.00 pintu pabrik dibuka, aku dan teman-teman sesama teknisi langsung memasuki ruangan mesin. Yah, disitu aku menjabat sebagai teknisi mesin dan listrik.
Setelah semua mesin produksi dihidupkan, aku segera naik ke atas mesin untuk membersihkan mesin. Selang 1 jam aku membersihkan mesin, teman teknisi memanggilku. Akupun segera turun dari mesin.
“hei ngga tolong bantu aku memasang pintu ruangan sebelah!” kata temanku.
“eemm, baiklah ayo” kataku.
Setelah semua perkakas yang dibutuhkan sudah diambil, kami segera menuju ruangan sebelah. Tak lama, teman teknisiku yang satunya juga memanggilku dan menyuruhku memasang kabel stop kontak di atas pabrik yang ketinggiannya 9 meter. Entah kenapa hatiku ragu untuk memasang stop kontak itu, tapi aku tidak berani menolak perintahnya, karena selain aku masih karyawan baru, teman teknisiku itu umurnya jauh lebih tua daripada aku sehingga aku bersikap hormat padanya. Dengan hati kurang pas, aku menaiki tangga yang sudah berdiri. Aku teringat pesan ibuku untuk selalu membaca sholawat ketika bekerja. Setelah sampai di atas pabrik, ku perbanyak sholawat sambil tanganku mengupas kabel. Pada waktu aku mau menyambungkan kabel yang bertegangan dengan kabel plus stop kontak, tanganku menyentuh kabel yang bertegangan tersebut dan aku terpental dari tangga sehingga aku jatuh dari ketinggian 9 meter. Saat aku masih melayang di udara, aku hanya bisa berharap semoga ini hanya mimpi. Akhirnya lantai pabrik yang keraspun menyambutku. Tubuhku terhempas ke lantai dengan keras. Aku hanya bisa berteriak ALLAH karena tubuhku tidak bisa digerakkan. Semua karyawan pabrik menghampiri dan menolongku untuk dibawa ke rumah sakit. Ternyata itu bukan mimpi, itu kenyataan.
Singkat cerita, orang tuaku datang ke rumah sakit setelah di kabari salah satu teman teknisiku. Orang tuaku menangis melihat aku terbujur di rumah sakit, terutama ibuku. Aku hanya bisa meneteskan air mata saat ibuku menangis, karena mataku hanya bisa di pejamkan. Dalam hatiku bertanya, dosa apa yang membuatku bisa terjatuh. Tak lama dokter bilang kalau kondisiku tidak apa-apa hanya bagian tulang panggul yang patah dan dapat tersambung kembali karena usiaku masih muda. Alhamdulillah, Allah masih menyayangiku, tubuhku tidak ada yang terluka sedikitpun walaupun jatuh dari ketinggian 9 meter. Aku dirawat di rumah sakit selama 4 hari dengan ditemani orang tua, saudara, dan teman-tamanku. Terimakasih ya Allah.
Dari pengalaman ini, aku bisa memetik beberapa hikmah:
1. Allah sayang kepadaku dan aku harus menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
2. Jika hati tidak pas akan melakukan suatu pekerjaan, maka jangan dilakukan.
3. Harus labih banyak lagi perbanyak sholawat.
4. Harus ekstra hati-hati dalam bekerja.
5. Aku harus menjadi anak berbakti, karena orang tua selalu ada untukku.
6. Dan yang paling penting, aku harus banyak bersyukur kepada Allah SWT karena kondisiku tidak parah.
Aku sayang Allah dan kedua orang tuaku. Thanks god, thanks mom, thanks dad. I love you forever.
Angga Dwi S.
Cerpen Karangan: Angga Dwi Saputro
Facebook: angga dwi saputra
Umur: 19 Tahun
TTL: Jombang, 9 Mei 1994
Alamat: Rejosari Indah 35 Benowo SURABAYA
Hobi: Menulis, desain, berkreasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar