Ya, semua sudah terjadi. Dan tak mungkin kembali. Aku hanya bisa
berusaha membuat semuanya menjadi lebih baik. Aku takkan mungkin bisa
merubah segalanya aku hanya bisa berusaha untuk membuat lebih baik. Dia,
wanita yang ku cintai terbebani karena kesalahanku. Apakah aku harus
berlari dari semua tanggung jawab ini? Ataukah aku harus menghadapi
semuanya? Aku sadar, ini memang tanggung jawabku. Aku harus bisa
membuatnya agar tak tersakiti olehku. Aku hanya ingin berusaha agar
selalu ada di saat dia membutuhkanku. Membutuhkan dekapanku, membutuhkan
belaianku, membutuhkan diriku untuk membuatnya merasa lebih baik.
Awalnya aku tidak tahu bahwa ini semua akan tejadi. Memang benar
sebuah ungkapan “Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat bau
bangkai itu akan tercium juga”, ya hubungan yang kami jalani selama ini
tanpa restu dan tanpa diketahui oleh keluarganya kini sudah terbongkar.
Semua sudah terbongkar. Aku tak bisa melihatnya menderita. Apa yang
harus ku lakukan untuknya?
Kejadian itu bermula pada malam itu, malam di mana cinta dan kasih
sayang dikalahkan oleh marah dan cemburu. Dia cemburu aku pergi untuk
menghadiri acara almamaterku. Dia takut saat aku menghadiri acara
tersebut, aku dekat kembali dengan seseorang yang dulu pernah ada di
kehidupanku. Aku sudah bilang kepadanya bahwa aku selalu menjaga dan
memberikan hatiku hanya padanya. Namun, rasa cemburunya sudah terlalu
besar.
Tiba-tiba handphoneku berdering, ada sebuah pesan dari kekasihku itu.
Aku tak pernah menyangka akan mendapatkan pesan itu darinya. Dia
memutuskan hubungan kami. Aku yang tak mengerti dengan jalan pikirannya
berusaha untuk berkomunikasi melalui pesan singkat maupun dengan
meneleponnya. Tapi semua sia-sia, dia tidak menghiraukan sedikit pun
usahaku itu.
Aku masih terus mencoba-mencoba dan mencoba, tetapi semua sia-sia.
Hingga akhirnya handphonenya tak bisa kuhubungi. Rupanya dia
menonaktifkan handphone. Namun aku terus mengiriminya pesan singkat, dan
berharap dia bisa mengerti begitu dia mengaktifkan handphonenya lagi.
Waktu berlalu, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam pun
telah ku lalui. Tiba-tiba dia merespon pesanku. Pesan itu bukan sebuah
pesan yang aku harapkan, melainkan pesan yang selama ini tak ingin
pernah ku dengar. Ternyata saat dia tertidur, kakaknya masuk ke kamarnya
dan mengaktifkan handphonenya dan membaca semua pesanku. Kakaknya
begitu marah padanya, dan bahkan orang tuanya pun juga mengetahui hal
tersebut. Mereka semua marah dan kecewa dengannya.
Aku merasa lemas dan tak mengerti apa yang harus ku lakukan. Haruskah
aku mendatangi rumahnya dan menjelaskan semuanya kepada keluarganya?
Tidak, itu hanya akan memperparah suasana. Oh Tuhan.. apa yang harus ku
lakukan?
Aku tak bisa melihat dia menderita, lebih dari ini. Tuhan.. aku mohon
jagalah dia. Hanya dia yang ku harap ada di hidupku, menemaniku dalam
setiap langkah kehidupanku. Hanya dia wanita yang selalu ku rindu. Aku
sangat merindukannya, merindukan senyumnya yang selalu membuatku merasa
tenang.
Jagalah dia selalu Tuhan. Jangan Kau tambahkan penderitaanya karena
ulahku itu. Aku berharap Kau memberikan yang terbaik untuknya. Tuhan..
jika memang dia Kau tuliskan untukku, maka dekatkanlah kami, dan buat
orang tuanya mengerti. Namun, jika dia bukannlah untukku, aku mohon.
Ubahlah takdir-Mu, buatlah dia menjadi masa depanku.
Tuhan.. aku tahu, aku hanyalah manusia bodoh. Namun, ku mohon
izinkanlah aku untuk menjaganya, memberikan seluruh cinta dan kasih
sayangku padanya. Izinkanlah aku untuk selalu ada di sisinya. Izinkanlah
aku Tuhan, untuk selalu bersamanya.
Cerpen Karangan: Pandu Agus Setiawan
Facebook: https://www.facebook.com/pandu.agus.s
Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Namaku Pandu Agus Setiawan, dan
biasa dipanggil Pandu. Saat ini aku berusia 18 tahun. Aku baru lulus
dari Sekolah Menengah Kejuruan. Aku adalah aku, dan tak ingin menjadi
orang lain. Jika ingin tahu lebih banyak tentangku hubungi aku di
FB: Pandu Agus Setyawan
Twitter: @panduagus
E-mail: panduagus88@yahoo.com
Aku menerima undangan pertemanan dan persahabatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar