“satu.. dua… tiga..” aku menghitung detik jam dinding kamarku sambil
terbaring lemah di tempat tidurku. Semenjak aku mengalami kecelakaan 3
tahun yang lalu, aku mengalami penderitaan yang amat berat. Kini tangan
dan kakiku lumpuh, terpaksa harus selalu berada di kamar kecuali jika
ada seseorang yang mengajakku dan menuntunku berjalan di luar
menggunakan kursi roda. Orang tuaku sudah membawaku berobat kemanapun,
namun tiada hasilnya, aku masih tetap lumpuh dan menghabiskan banyak
biaya berobat. Namun hal yang paling menyakitkan bagiku ialah semenjak
kecelakaan itu juga aku memiliki kelebihan bisa melihat setiap kejadian
buruk yang bakal menimpa seseorang. Pernah aku mengutarakannya pada
kerabatku yang bakal mengalami kecelakaan dan tewas seketika. Aku
berniat mengatakan itu agar dia berhati-hati, namun ia malah tidak
mempercayaiku dan memarahiku, seminggu kemudian.. ia mengalami
kecelakaan dan tewas, persis dengan apa yang aku katakan. Namun hal itu
pula lah yang semakin memperburuk keadaanku, banyak saudaraku, kerabat,
dan teman-temanku yang semakin menjauhiku kecuali orang tuaku dan orang
yang masih menyayangiku apa adanya.
“senja waktunya makan!” suara suamiku yang terlihat bersemangat itu
terdengar, kemudian ia segera membuka pintu kamar dan duduk di kasur
tempat aku berbaring. Aku pun memakan setiap sendok makan yang disuapkan
oleh suamiku. “surya? Apakah kamu tidak merasa sedih” ucapku ketika
sudah selesai makan “memang kenapa?” “sudah 4 tahun kita bersama, tetapi
aku hanya memberikan kebahagiaan selama 1 tahun padamu, dan sisanya
kamu menderita karenaku, kenapa kamu tidak meninggalkanku saja dan
mencari yang lain, aku bahkan tidak bisa memberi keturunan untukmu”
ucapku dengan suara sesak. Kulihat wajahnya yang agak sedih ketika aku
mengatakan itu, namun wajahnya tiba-tiba berubah ceria lalu berkata
“bagiku kamulah cinta pertama dan terakhirku, aku tidak akan pernah
meninggalkanmu. Dulu kita pernah berjanji untuk selalu bersama apapun
yang terjadi, aku tidak mau melanggar janji itu, lagipula aku hanya
mencintaimu dan bukan dengan wanita lain” mendengar dia berkata seperti
itu mataku langsung berkaca-kaca hatiku terasa haru mendengar kalimat
itu, dia memang cinta sejatiku. Lalu ia mengatakan satu kata lagi,
“dengarlah kalimat ini, aku sudah merasa bahagia berada di dekatmu, jadi
jangan risau, aku tidak merasa sedih sehari pun selama tiga tahun ini”.
Ia pun memelukku, memberikan kehangatan kasih dan sayangnya. Tak terasa
wajahku telah terguyur air mata yang menyiratkan beribu haru karena
ketulusan cintanya.
Aku pun menjadi bersemangat lagi untuk hidup, namun hal itu tidak
berlangsung cukup lama, aku mendapat penglihatan lagi, bahwa suamiku
akan segera meninggalkan dunia. Hal itu pula membuat mentalku semakin
drop. Kenapa seseorang yang sangat dekat denganku akan di panggil oleh
sang pencipta tidak lama lagi. Pagi itu adalah hari terakhirnya saat
bersamaku, aku mengatakannya dengan terus terang bahwa saat bekerja
bangunan kantor akan runtuh dan ia akan meninggal terkena reruntuhan
itu, aku bersikeras menahannya hingga tumpah air mataku, namun hal itu
sia-sia, dan dia tetap ingin berangkat bekerja. Lebih menyedihkannya
lagi ia mengatakan “seandainya aku mendahuluimu pergi dari dunia ini,
kamu janganlah bersedih dan berkecil hati, tetaplah jalani hidup ini
dengan pantang menyerah.. aku yakin suatu saat nanti kamu akan sembuh
dari cacatmu itu, aku yakin takdir bisa di rubah, jika memang tak bisa,
Janganlah takut menghadapi takdir, karena kita tak bisa untuk terus
bersembunyi dan takut dengan kenyataan yang terjadi” mendengar hal itu
aku sedih, aku marah terhadap diriku sendiri, mengapa aku memiliki
kelebihan yang sebenarnya tidak pernah aku inginkan dalam hidupku.
Siang itupun aku mendapat kabar bahwa suamiku meninggal tertimpa
bangunan, aku amat sedih dan histeris, ingin bunuh diri namun tidak
bisa, kelumpuhan dan kelebihan ini membuatku depresi. Dia yang merawatku
selama 3 tahun ini telah tiada. Kenanganku yang tersisa hanyalah foto
pengantin yang dipajang di dinding kamarku. Hal itu membuatku semakin
sedih saat melihat dirinya dalam foto. Orang tuaku tidak tega melihatku
berada dalam rumah ini sendirian. Akhirnya mereka memulangkanku ke rumah
tempat orang tuaku sendiri. Sedangkan rumahku dibiarkan kosong. Aku
tidak ingin berbicara lagi, semua yang telah kumiliki telah tiada, hanya
tersisa orang tuaku yang masih sayang kepadaku.
“tes.. tes.. tes..” suara air keran kudengar di belakang, mungkin
bocor karena sudah tua, hampir mirip aku. Yang hanya membebani orang
yang berada di sekitarku. Kuratapi atap rumah ini yang sudah tua, sudah
lama sekali aku tidak berada disini, di kamarku sendiri. Teringat
kembali memori waktu kecilku, saat itu aku masih sangat di manja oleh
orang tuaku dan sangat diperhatikan dari pada saudaraku yang lain, entah
mengapa? Mungkin aku yang paling pintar saat di sekolah dan tidak suka
rewel seperti saudaraku yang lain. Kupandang lagi pohon jambu dekat
jendela kamarku, di situ pun tergurai kenangan lagi waktu bersama
saudaraku dan teman-temanku saat bermain sewaktu kecil. Hanya memikirkan
kesenangan dan tidak pernah meraskan kesedihan dan berpikir khawatir.
Yah.. aku sangat rindu masa-masa itu.
“krieet..” tiba-tiba pintu kamarku terbuka oleh seseorang, di balik
kamar itu terlihat saudaraku dan keluargaku yang bergerombol
mendatangiku. “nina kami bermaksud ingin membawamu ke sebuah pengobatan
alternatif, kamu mau kan sayang” ucap ibuku. “iya, terserah ibu” hal
yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, wajah orangtuaku serta saudaraku
seperti memberi harapan baru padaku, kemudian mereka pun membopongku
menuju keluar rumah dan menaikkan aku ke mobil salah satu saudaraku. Aku
tidak tahu pengobatan alternatif apa yang akan mereka coba, yang pasti
aku tidak pernah berobat kelain tempat selain rumah sakit.
Tibalah aku di sebuah tempat yang cukup hijau, sebuah rumah yang
banyak sekali pepohonan, tanaman yang mungkin seperti obat-obatan dan
bunga-bunga yang berada di sekitarnya, tiba-tiba munculah seseorang pria
yang berpakaian batik membuka pintu itu.
“silahkan masuk” ucap pria itu.
Di dalamnya terdapat alat-alat dokter serta daun-daun seperti jamu.
“ini tempat apa?” tanyaku “gini lho nin, jadi disini klinik pengobatan
yang menggunakan metode ilmiah, alami, dan spiritual” ucap salah satu
saudaraku, aku sedikit melongo, namun aku tidak dapat menyangkalnya
bahwa tempat ini benar-benar nyaman, rasanya teduh sekali. Jauh dari
keramaian namun disini bukan pedesaan. Tempatnya sungguh strategis. Aku
pun dibawa ke sebuah kamar, orang itu sepertinya mulai menerawangku
dengan telapak tangannya tanpa menyentuh tubuhku. Dia pun selesai
memeriksa dan memberikan sebuah ramuan kepada orang tuaku untuk diminum
olehku.
Malam itu pun aku meminumnya, dan langsung tidur. Dalam tidurku aku
bermimpi melihat sebuah ilalang dan ada seorang pria yang duduk di
sebuah bangku berwarna putih. Akupun mendekatinya, namun aku tak
menyangka ternyata dia suamiku “mas syamsi? Kemana saja kamu selama
ini?” dia menolehku dengan wajah berseri-seri, “aku menunggumu disini,
kau sudah berjalan rupanya” “tolong jangan pergi lagi” teriakku padanya,
“sudahlah, iklaskan saja.. jalan hidupmu masih panjang, kelak kamu akan
menemukan kebahagiaan baru” tiba-tiba di sekitar tempat itu menjadi
semakin putih, putih yang menyilaukan. Hingga aku terbangun dari tidurku
lalu berjalan keluar berharap bertemu dengannya, tiba-tiba sebuah
tangan menggapaiku, “nina ternyata kamu sudah bisa berjalan sayang?”
ternyata ibuku yang menggapaiku dan memelukku meneteskan air mata
bahagia. Aku pun baru menyadari bahwa aku bisa berjalan, seolah sebuah
mukjizat. Penderitaan selama 3 tahun itu seolah seperti mimpi. Wajahku
pun tampak lebih ceria, hari baru kumulai lagi saat ini.’’
3 tahun kemudian
Aku berziarah ke makam mas syamsi sambil meletakkan bunga hatiku berkata
“Mas syamsi kini aku punya keluarga baru, dan punya sebuah momongan.
Terimakasih untuk semuanya. Tanpamu aku tidak akan pernah sebahagia ini.
Kamu telah mengajariku tentang pengorbanan. Kini akulah yang menjadi
pewarismu dan mengajarkan pengorbanan pada anak-anak ku, terimakasih,
aku akan selalu mengenang jasamu itu”
Cerpen Karangan: Muhammad Toriq
Blog: http://toriqiqiq.blogspot.com
Nama fbku “Thoriq All Intsani (Muhammad Toriq)” tinggal di tuban, jawa
timur. hobiku menulis, menggambar anime, membaca, berbagi ilmu, berbagi
karya, dll. hehe.. maaf ya? cerpennya jelek. soalnya baru belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar