Secret Admirer
Seperti sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging. Jiwa pecundang ini selalu muncul ketika bertemu dengannya. Ia orang yang diam-diam aku kagumi. Ia orang yang selalu ribut dan sering mengeluh. Ia pecinta olahraga. Ia membenci keadaan dimana ia harus berada diantara rak buku-buku yang bertumpuk. Ia yang terkadang bisa terlihat dewasa dan terlihat seperti anak kecil diwaktu yang berbeda.
Dalam sunyi aku menatap setiap tingkahnya. Kejahilannya, keisengannya, prilakunya, caranya memandang, caranya berjalan, caranya berbicara, caranya tersenyum, caranya memperlakukan orang.
Dalam gelap aku mengamati apa yang ia lakukan. Setiap malam stalking media social yang ia miliki, mencari tahu keadaannya, mencari tahu keinginannya, mencari tahu kebiasaannya, mencari tahu apa yang sedang ia rasakan.
Dalam keheningan aku menundukan kepala ketika ia lewat dihadapanku, ketika tak sengaja berpapasan, ketika ia tak sengaja mengarahkan pandangannya kepadaku, ketika.. ia tersenyum padaku, moment yang paling bersejarah.
Dan dalam diam aku menyimpan rasa yang mendalam padanya.
Andai aku tak sepengecut ini.
Andai aku tak sekonyol ini.
Andai aku tak semunafik ini.
Andai aku bisa berada disisimu, tidak dalam kesunyian, kegelapan dan keheningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar