Selasa, 10 September 2013

nyata dihatiku-karya Sherly Yulvickhe Sompa

“Stella…” Suara itu membangunkanku dari mimpiku yang begitu indah. Aku meregangkan tubuhku sejenak dan kulihat orang yang sedang memanggilku. Astaga betapa kagetnya aku setelah melihat orang yang ada di depanku. Pak Edgar menatapku geram, rasanya aku ingin ditelannya bulat-bulat. “Dari sepuluh pertemuan di kelas, hanya dua kali kamu tak tertidur. Sekarang kamu saya berikan tugas membuat artikel dengan judul bebas tapi harus berkaitan dengan pemerintahan atau hukum”. Aku diam menatapnya, dan kujawab dengan anggukan kecil. Pak edgar tak pernah tepat kalau memberikan tugas, aku kan sangat suka membuat artikel. Jadi aku happy-happy aja diberikan tugas begituan.
Aku seorang mahasiswa semester pertama di Universitas swasta di Bogor. Aku bernama Stella, namun teman-teman punya istilah khusus untuk diriku yaitu minus delapan (-8). Semua istilah itu muncul karena 1. Aku memakai kacamata -3, 2. Suka bolos (-1), 3. Sering tidur di kelas (-1), 4. Plin-plan (-1), 5. Sering telat (-1), dan 6. Yang terakhir ceroboh (-1).
Cerpen Nyata di Hatiku
Aku duduk di depan laptopku sambil memikirkan tugas artikel tadi, aku bingung harus mengangkat persoalan apa. Tadi di sekolah aku sudah tanya-tanya pada teman-teman yang paling jago biin artikel. Ada yang bilang tentang kasus suap, korupsilah, yang makan gaji butalah, pemerintah yang banyak ngomonglah, yang cuman janji doanglah, duh otakku mulai bingung. Mulailah sifatku yang plin-plan dalam memilih sesuatu. Sudah ngetik setengah tentang korupsi, eh malah pengen bikin yang lain. Aduh pusing, dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk di depan TV dan menonton berita sampai aku tertidur di sofa.
Saat aku bangun, aku memikirkan mimpiku tadi. Sudah beberapa kali seorang laki-laki datang padaku dan bilang kalau dia menyayangiku. Dan saat mataku berpapasan dengan jam dinding di ruang itu, aku kaget. Sudah jam 07.00 malam, harusnya sekarang aku menjemput kakakku chery di rumah tante meita. Sesegera mungkin aku mengemudi mobilku ke rumah tante. Biasannya chery ngambek kalau aku telat menjemputnya, aku heran mengapa aku yang adik yang harus menjemputnya. Maklum anak manja. Saat dalam perjalanan aku melihat seekor kelinci di pinggir jalan. Saat aku berhenti hendak ingin mengambil kelinci tersebut, kudengar seseorang memanggil. Ternyata dia pemilik kelincinya. Dia menatapku, awalnya aku sangat takut. Tapi akhirnya ia menjulurkan tangannya ingin berkenalan.
Aku melanjutkan perjalananku dan memikirkan laki-laki tadi. Kini aku tau bahwa dia adalah orang yang selalu muncul di mimpiku. Setelah menjemput kakakku, ternyata dia benar-benar ngambek. Huh bikin repot aja batinku. Aku sampai di rumah pukul 09.00 malam, karena tadi tante meita mengajakku makan dulu. Setelah sampai di rumah akupun ta melewatkan bercerita dengan mama dan berantem dengan chery.
Aku baru ingat punya tugas membuat artikel setelah jam 11.30 malam, aku buru-buru dengan artikelku. Kini otakku menjadi encer. Aku membuat artikel yang isinya tentang “Harga BBM boleh-boleh saja naik, yang penting tujuannya benar-benar untuk kesejahteraan”. Tak sampai satu jam artikelku selesai, dan aku tertidur di atas laptopku yang masih menyala.
Besok harinya saat aku ingin mencetak artikel tersebut, aku heran karena artikel yang kuketik tadi malam hilang. Mungkin aku tak menyimpannya semalam, atau aku telah menghapusnya tanpa sadar. Tiga puluh menit lagi aku sudah harus ada di kelas. Aku tak mau ambil pusing, cepat-cepat aku berangkat ke kampus. Namun sayangnya aku telat lagi, aku berlari dan buuuk. Aku menabrak seseorang aku terjatuh dan melihat orang yang ada di depanku adalah orang yang tadi malam bertemu denganku di jalan. Namanya Vino, dia tersenyum dan membantuku berdiri. Kemudian tanpa sepatah katapun dia meninggalkanku. Saat aku hendak pergi, aku menginjak sesuatu. Sepertinya ini adalah tugas yang dia jatuhkan. Aku mencarinya sampai ke sudut-sudut kampus, tapi aku tak menemukannya. Aku isin di mata kuliah pertama hari ini. Saat putus asa mencari sosok vino di segala tempat, akhirnya aku membawa tugas tersebut masuk ke kelas. Akhirnya dosen yang memberiku tugas kemarin masuk, brigita dipintanya untuk mengumpulkan tugas. Sesaat aku menoleh ke belakang ke arah sinta yang memanggilku, ternyata tugas vino telah dikumpul oleh brigita. Aku panik, tapi apa boleh buat. Semua tugas yang telah dikumpulkan tak pernah bisa diambil kembali. Ugggh sial, geramku dalam hati.
Sudah sebulan sejak insiden aku menabrak vino waktu itu, aku tak pernah melihatnya di kampus. Aku kira dia mahasiswa di kampusku. Sore ini aku pergi jalan-jalan dengan chery di mall. Biasalah, penyakit gila belanjanya chery lagi kumat. Sudah empat jam berjalan-jalan dengan chery, akhirnya dia mengajakku pulang. Saat hendak ke parkiran, aku melihat sosok vino melambaikan tangan padaku. Aku dan chery saling bertatapan. Dia menghampiri kami berdua. Aku berbincang-bincang sedikit dengannya. Aku mendapat nomor teleponnya dan foto untuk kontaknya di hp ku. Tapi aku bingung, kenapa fotonya harus yang seperti jaman dulu, mungkin diedit kali (batinku).
Akhirnya aku sering bertemu dan jalan dengannya. Dia sering membantuku mengejarkan tugas di rumah. Aku sangat ingin mengenalkannya pada mama, tapi mama selalu sibuk. Dia membuatku menghilangkan satu per satu minus dalam hidupku. Aku jadi jarang bolos, aku sering buat tugas, dia juga memberikanku tips agar tak pernah tertidur lagi selama mata pelajaran dimulai, dan dia bersedia membangunkanku tiap pagi. Tapi minus yang ada di kacamataku ini tak akan pernah kuhilangkan. Karena inilah aku, stella dan -3nya. Vino juga bilang aku lebih cantik dengan kacamataku.
Semakin lama kebersamaanku dengan vino, aku merasa sangat menyayanginya. Aku sangat merindukannya sekarang, karena sudah seminggu lebih aku tak pernah melihatnya di kampus dan tak pernah datang di rumah. Aku terpikir untuk mencari alamatnya ke tata usaha kampus. Aku memberi tau nama lengkap dan jurusannya. Kemudian tata usaha bertanya padaku, “Ayahnya ya? kenapa nyarinya harus kesini? Tanya langsung aja kan bisa”. Aku menggaruk kepalaku bukan karena gatal tapi karena bingung. “Maksudnya? Dia kan temen saya pak”. “masa kamu temenan sama om-om”. “wah bapak ngotot nih, coba saya liat sendiri aja”. Aku meneliti detail-detail tentang vino, aku kaget bukan kepalang. Tahun lahirnya sama dengan ibuku, tahun 1971. Dia juga sudah selesai kuliah beberapa tahun silam. Fotonya juga sama dengan foto yang dia berikan padaku waktu itu.
Aku berjalan menyusuri koridor kampus dengan lesu. Aku semakin bingung, nomor vino yang dari tadi kuhubungi tak juga aktif. Begitu banyak kata mungkin yang masuk di dalam pikiranku. Sudah pukul 06.00 petang, aku masih juga memikirkan tentang hal itu. Samar-samar kulihat sosok laki-laki bertubuh tegap menghampiriku dan kemudian memelukku erat. Aku hanya terdiam dan sebelum aku mengeluarkan suara, laki-laki itu sudah pergi meninggalkanku. Kemudian aku mengejarnya. “vino.. vino.. vino, jangan ninggalin aku sebelum kamu menjelaskan semuanya. Vino…” tangisku semakin pecah di tengah hujan yang semakin deras. Bayang laki-laki itu semakin menghilang dari penglihatanku, kemudian aku tak sadarkan diri.
Setelah aku sadarkan diri, kulihat ibu tertidur di samping tempat tidur rumah sakit dengan posisi duduk, dan chery tidur di sofa. Aku memegang tangan mama. Dia bangun dan langsung mencium pipiku “kamu sudah sadar sayang?”. Kujawab dengan anggukan karena mulutku masih sangat lelah untuk mengeluarkan suara. “minum dulu sayang?”. “kenapa kamu tadi hujan-hujanan? Penyakit asma kamu kambuh, untung ada kak chery lewat kampus kamu”. Aku hanya tertunduk lesu. Dan rasa penasaran bersama jengkel bercampur menjadi satu, ditambah lagi dadaku yang sesak. Tega-teganya vino pergi tanpa menjelaskan segala kekeliruan yang ia ciptakan. Kemudian aku hanya bisa meratapi nasibku yang malang ini.
Setahun berlalu setelah kejadian aku ditinggalkan waktu itu. Aku duduk di ruang tamu hari minggu, pagi-pagi pula. Sekarang aku tak lagi minus delapan seperti yang lalu. Karena empat bulan yang lalu aku menjalani operasi mata, jadi aku sudah melepas kacamataku sekarang. Aku menatap kembali foto Vino yang ada di handphoneku, dan tiba-tiba mama datang dari belakang dan merampas handphoneku itu. Mama kaget dan pingsan. Apa-apaan nih mama. Setelah ibu sadar, mama bertanya dari mana aku mendapat foto tersebut. Aku menjawab seadanya seperti yang sebenarnya, dan mama menangis. Mama menjelaskan bahwa vino yang kusebut sebagai temanku itu adalah ayah chery. Ayah chery tak pernah menikah dengan mama, karena telah dijodohkan dengan papa. Dan akhirnya dia bunuh diri. Aku bingung, kalau vino adalah ayah chery, kenapa aku yang ia ganggu. Berarti orang yang selama ini dekat denganku adalah hantu. Kenapa aku gak pernah perhatiin kakinya nyampe tanah atau gak ya. Terus bukannya kalau hantu gak bisa dilihat bareng-bareng? Kenapa aku dan chery bisa melihatnya sama-sama? Hah… bingung!. Tapi ya sudahlah… semuanya gak akan bisa terulang kembali.
Hari ini aku ke kampus dengan perasaan bahagia, karena semalam aku bertemu vino tapi hanya dalam mimpi. Vino bilang dia sangat menyayangiku sama seperti menyayangi chery anaknya. Dia melihat segala yang ada pada mama ada juga pada diriku, jadi dia ingin membuatku menjadi wanita yang baik juga seperti mama. Dan aku bergumam dalam hati, “kamu berhasil vino”. Aku melenggang ke kelas yang kudapati ada sekitar sepuluh orang di dalam yang sibuk dengan pekerjaan dan gosip masing-masing. Aku juga masih sibuk dengan laptopku. Kemudian dosen menjengkelkan masuk disusul beberapa mahasiswa lainnya. Sudah hampir tiga puluh menit pak edgar menjelaskan materi, seseorang tiba-tiba saja masuk. “siang pak, maaf telat”. “kamu ya yang katanya pindahan dari jakarta?”. “iya pak”. “baru hari pertama sudah telat, udah cukup si stella minus delapan yang udah berubah. Kamu mau minus berapa lagi? Duduk sana”. Dia duduk di belakangku, saat melihatnya aku merasa wajahnya sangat familiar. Dia seperti chery. Aku melihat ke belakang, dan dia tersenyum melambaikan tangannya padaku. Ya ampun mirip vino. Mungkin dia yang Tuhan kirimkan untuk menggantikan vino. Harus hati-hati nih, siapa tau dia juga hantu. Sepertinya aku akan dekat dengannya, ya Tuhan mudah-mudahan dia bukan hantu ya agar aku mendapat kesempatan untuk mencintai orang yang mirip mantan mama.
Cerpen Karangan: Sherly Yulvickhe Sompa
Facebook: Sherly Yulvickhe Sompa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar